BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan
pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat
ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat
parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka
tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat strategis sebagai
dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan
ekstensi dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia
sebagai mahluk individu, sosial, dan religius.
Menurut
Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan
salah satu usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam
usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini masalah pendidiakn menghadapi
berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian nasional
(UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Rendahnya mutu pandidiakn di Indonesia, banyak opini yang muncul baik datangya
dari pejabat, pakar dan praktisi
pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar,
gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran
yang kurang menarik.
Kurang
optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di
Indonesia yang disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya
kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi
pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Sistem pendidikan yang sering
berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah
pelaksanaan di lapangan, kurang optimal karena metode pengajaran yang
digunakan, metode yang memang-meang, sehingga siswa menjadi bosan dan malas
untuk belajar. Seperti yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru terkesan itu-itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep,
dan perinsip pembelajaran lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab,
atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan praktek. Kombinasi
pembelajaran yang tidak berpariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru
adalah, mengajar dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak
terlibat aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan
pemantauan peneliti di SMK Kesehatan AL-Ma’arif Sumbawa, sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dalam belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa
kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab
pertanyaan dalam proses belajar mengajar bahkan beberapa siswa sering meninggalkan
ruangan kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang
bermacam-macam, di antaranya, karena tidak suka dengan cara guru mengajar,
merasa bosan dengan metode mngajar guru dan sebagainya. Dalam hal ini sangat
diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa
masalah tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah perlu
diadakannya pembenahan baik bagi tenaga pengajar maupun siswa sehingga siswa
dapat terlibat secara aktif. Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup
keterlibatan fisik maupun intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006)
Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan
pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang
mengajar hanya dengan menyampaikan
materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar mengajar hanya didominasi
oleh guru dan siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan yang dialami siswa
tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam menerapkan pengelolaan
kegiatan pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan pembelajaran melalui
penerapan dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar.
Guru harus bisa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran
untuk diterapkan di kelas. Seperti model pembelajaran yang akan diterapkan oleh
peneliti dalam penelitiannya yaitu, Numbered Heads Together, Numbered Heads Together adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok
kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Dengan demikian siswa
diharapkan lebi aktif dan mempunyai motivasi dalam belajar.
Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru dalam
menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun. Berdasarkan
uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Melalui Pendekatan Numbered
Heads Together Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas
X Smester II, SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa”
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu apakah rendahnya minat belajar
siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep dan metode pembelajaran
yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode pembelajaran yang
diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan RPP yang dibuat.
C.
Batasan Masalah
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu
adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a.
Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran
yang ada dalam RPP yang ia buat
b. Penelitin ini dilaksanakan pada proses pembelajaran
oleh tenaga pengajar
c. Penelitian ini dilakukan di SMK Kesehatan Al-Ma’arif
Sumbawa pada kelas X semester II.
d. Implementasi
konsep penelitian pada materi menyimak pada kelas X semester II di SMK Kesehatan
Al-Ma’arif Sumbawa.
D. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka peneliti merumusnan masalah, yakni bagaimana
cara metode Numbered Heads Together diterapkan sehingga dapat memotivasi
belajar siswa kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa?
E. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah, untuk mengetahui cara penerapan metode Numbered
Heads Together dalam memotivasi belajar siswa kelas X semester II di
SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat secara teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
pendidikan, terutama dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan
motivasi belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan Numbered Heads Together.
2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti
terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.
b. Manfaat
secara praktis
1.
Bagi siswa
Untuk
meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga
pemahaman siswa mengenai konsep Bahasa Indoneisa yang dipelajari menjadi lebih
baik.
2. Bagi guru
Sebagai
pedoman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
dengan pendekatan Numbered Heads Together.
3.
Bagi sekolah
Penelitian
ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia.
BABA
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Konsep
Teori
1. Pengertian Numbered
Heads Together
Number Head Together
adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa
dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali
dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan
menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok
kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan
alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih
dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah
dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para
siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
peneliti (Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model
pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi
informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan,
sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa Numbered Heads
Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari
siswa.
2.
Langkah-langkah:
Menurut
kagan (2007) lngkah-langkah yang
dapat dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran NHT adalah :
a)
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b)
Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
c)
Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
d)
Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
e)
Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f)
Kesimpulan.
Sesuai dengan langkah-langkah
penerapan diatas Kagan membagi beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penerapan
metode Numbered Heads Together.
Kelebihan:
a)
Setiap
siswa menjadi siap semua.
b)
Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c)
Siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
a)
Kemungkinan
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b)
Tidak
semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3.
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari
kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif merupakan daya
penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam Sardiman (2006:73)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai dengan
munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Mulyasa
(2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik
akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa
akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.
Dimyati dan Mudjiono
(2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa belajar
karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan
perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
dan perilaku individu dalam belajar.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam
motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian
tujuan.
4.
Fungsi motivasi
Dalam
proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas
belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi
para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:
a)
Motivasi sebagai pendorong perbuatan.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang
seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
b)
Motivasi sebagai penggerak perbuatan.
Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu
kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan
psikofisik.
c)
Motivasi sebagai pengarah perbuatan.
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus
dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
a)
Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau
perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti
belajar
b)
Motivasi berfungsi sebagai pengarah.
Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
c)
Motivasi berfungsi sebagai penggerak.
Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi
motivasi :
a)
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi
sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b)
Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah
tujuan yang hendak dicapai
c)
Menyeleksi perbuatan yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan
dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental
individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
a)Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar,
motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati
mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang
tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari
makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.
b)
Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting
seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer
sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
6. Sifat Motivasi
Dalam
menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi
juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:90).
a)Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari
dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar
individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia
termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan.
b)
Motivasi Ekstrinsik
Adalah
dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia
belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.
Motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses
belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar
yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh
orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh
oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati, 2002:91).
7. Teori motivasi
Menurut Sri Mulyani seperti dikutip
oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif
berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati mengutip
pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5
tingkatan penting yaitu:
a)Kebutuhan fisiologis
adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan atau
perumahan, pangan.
b)
Kebutuhan akan perasaan aman adalah
berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa
takut dan cemas.
c)Kebutuhan sosial adalah
diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, kesempatan
untuk maju.
d)
Kebutuhan akan penghargaan usaha
menumbuhkan jati diri.
e)Kebutuhan
untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai
kemampuannya.
Kebutuhan-kebutuhan ini
hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi ,
akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai
kebutuhannya dapat terpenuhi.
8.
Ciri-ciri motivasi
Menurut Sardiman (2006
: 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri :
a)
Tekun menghadapi tugas
b)
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus
asa)
c)
Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah
d)
Lebih senang bekerja mandiri
e)
idak cepat bosan terhadap tugas-tugas
yang rutin
f)
Dapat mempertahankan pendapatnya
g)
Tidak cepat menyerah terhadap hal yang
diyakini
h)
Senang mencari dan memecahkan masalah
soal-soal.
Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri
tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar
mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk belajar, tekun
dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi
kesulitan belajar.
Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a)
Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita
atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita akan
memperkuat motivasi belajar.
b)
Kemampuan belajar
Dalam
belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek
psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya penghematan, perhatian,
ingatan, daya pikir, fantasi.
c)
Kondisi siswa
Siswa
adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang
mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan
kondisi psikologis. Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang
terganggu, akan menganggu perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya.
d)
Kondisi lingkungan
Kondisi
lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi
lingkungan yang sehat, kerukuan hidup, ketertiban pergaulan perlu
dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah,
maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e)
Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur
dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses
belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan
bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar,
situasi dalam keluarga dan lain-lain.
f)
Upaya guru dalam pembelajaran siswa
Upaya
yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lain-lain. Bila
upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa,
maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.
10.
Upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa
Menurut Djamarah (2002:125) ada beberapa
bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah,
antara lain :
a)
Memberi angka
Angka
dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka
merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik
untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa
mendatang.
b)
Hadiah
Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa.
Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa.
c)
Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar.
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar.
d)
Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
e)
Memberi ulangan
Ulangan
bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika
mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar
jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan
merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih giat
belajar juga merupakan sarana motivasi.
f)
Mengetahui hasil
Dengan
mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan
mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan
harapan hasilnya akan terus meningkat.
g)
Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan sekolah Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan sekolah Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.
h)
Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
i)
Hasrat untuk belajar
Hasrat
untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat
untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik
sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku
belajar.
j)
Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai macam metode menggajar.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai macam metode menggajar.
k)
Tujuan yang diakui
Rumusan
tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup
penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk
belajar.
Dari berbagai uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah
:
a)
Adanya minat untuk belajar akuntansi
b)
Tekun dalam menghadapi tugas
c)
Senang memecahkan soal-soal
d)
Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan konsep teori di atas maka dapat dizsimpulkan bahwa: “Penerapan
pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas X di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa khususnya pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia”
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Desain Penelitian Tindakan Kelas yang di gunakanadalah desain
PTK Model John Elliott.
Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & McTaggart,
desain PTK
model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin.
Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya
bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan
pengambilan tindakan. Sperti contoh identifikasi masalah berikut:
model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin.
Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya
bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan
pengambilan tindakan. Sperti contoh identifikasi masalah berikut:
1) Para
siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian yang digunakan
guru kelasnya. Bagaimana kalau guru berkolaborasi untuk meningkatkan
pengukuran terhadap kemampuan siswa?
guru kelasnya. Bagaimana kalau guru berkolaborasi untuk meningkatkan
pengukuran terhadap kemampuan siswa?
2) Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma
di kelas. Bagaimana cara guru membawa siswa lebih banyak lagi menggunakan waktu
mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka?
3) Orang
tua siswa bersedia membantu sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan
rumah”. Bagaimana caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif?
Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian,
hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi guru dalam
praktek
pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan sesuatu yang ingin di
capai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila guru dalam
melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal atau
adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati
pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan,
maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalkan, kejanggalan itu ialah para
siswa banyak membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang mendetail,
seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma di kelas itu? Tugas apa
yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran
mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka
tampilkan waktu ”membuang waktu dengan percuma” di kelas?
pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan sesuatu yang ingin di
capai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila guru dalam
melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal atau
adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati
pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan,
maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalkan, kejanggalan itu ialah para
siswa banyak membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang mendetail,
seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma di kelas itu? Tugas apa
yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran
mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka
tampilkan waktu ”membuang waktu dengan percuma” di kelas?
Informasi yang didapat dari
pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan berbagai aspek
permasalahan penelitian dan membantu ke arah
mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik
atau buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari
tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga
memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan
dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model siklus:
mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik
atau buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari
tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga
memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan
dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model siklus:
B.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian
menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang
mengenainya ingin diperoleh keterangan. Menurut Suharsimi Arikonto (1989)
memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data
untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah
penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada
subjek penelitian itulah data tentang variabel yang peneliti akan amati.
Kesimpulan dari kedua penngertian diatas Subjek penelitian adalah individu,
benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam
pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian dalam
penelitian ini
adalah siswa kelas X semester II di SMK
Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.
C.
Tehknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data berupa hasil keterampilan berbicara siswa serta instrument
observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru. Metode observasi
ini memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar dalam kegiatan penelitian.
Penelitian didampingi oleh seseorang
observer yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam hal
ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut membantu proses
pembelajaran
Data dalam penelitian
ini diperoleh melalui :
1. Lembar Lembar observasi kinerja siswa dalam
melakukan penelitian data ini ditentukan berdasarkan skala penilaian (amat
kurang sampai dengan amat baik).
2. Laporan
tertulis dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siswa akan dinilai dengan
rentang skor 0-100.
3. Angket
sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan.
D.
Instrument
pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal dan catatan
lapangan.
1. Tes Kemampuan
Tes adalah rentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun
tes yang dilakukan yaitu berupa pemberian perintah untuk menyimak berita dengan
baik dan benar. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran
telah dicapai.
2.
Lembar
Observasi
Lembar observasi merupakan alat
pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau melihat aktivitas siswa dan
peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan memotivasi siswa selama
kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi yang
diisi oleh observer sebagai pencatat lapangan.
Aktivitas peneliti yang diamati
adalah keterampilan mengajar mulai , dari membuka pelajaran sampai pada menutup
pelajaran. Aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan keahlian guru dalam
mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya.
3. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan pada setiap
akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui apa yang diperoleh
siswa setelah pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil ini akan digunakan
untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus berikutnya.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah temuan
selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar
observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang
dihadapi selama pembelajaran berlangsung.
E.
Prosedur
Penelitian
Siklus
Penelitian menurut John Elliot
1.
Siklus Pertama
a.
Rencana Tindakan Siklus I
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together
sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan
aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika hanya menggunakan
metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan
kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas X
semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa.
Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together
pada siklus I, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan
yaitu:
1)
Membuat rencana pembelajaran.
2)
Membagi materi
3) Peneliti membagai siswa kelas X
semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa, menjadi beberapa kelompok
sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok.
4) Setelah pembentukan kelompok,
kemudian peneliti mengambil alat observasi guna mengetahui keantusiasan dan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
b.
Pelaksanaan Siklus I
Setelah diputuskan menggunakan metode Numbered Heads Together
siswa kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa. Maka tahapan
pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam metode Numbered
Heads Together. Proses pembelajarannya berlangsung
selama 2 X 40 menit, yang meliputi:
Pertemuan
I : 2 X 40 menit
1.
Tahap Awal
a)
Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b)
Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang
akan dibahas
c)
Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.
2.
Tahap Inti
Pre
Activity
a)
Peneliti/ guru memberikan stimulus materi
b)
Peneliti/guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.
c)
Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.
Apersepsi
a) Peneliti/guru memberikan instruksi
untuk membaca dan mempelajari mengenai materi menyimak dalam waktu beberapa
menit. Kemudian dilanjutkan dengan praktek yang disesuaikan dengan materi serta
mempresentasikannya sesuai dengan nomor yang ditunjuk oleh peneliti/guru.
b)
Peneliti/guru mengatur jalannya pembelajaran.
c) Peneliti/guru
melontarkan pertanyaan untuk kemudian menunjuk nomor siswa yang akan
menjewabnya.
Penutup
a)
Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama pembelajaran.
b) Peneliti/guru meluruskan permasalahan
dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
3.
Tahap Akhir
a)
Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b) Peneliti/guru memberikan
motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
c)
Peneliti/guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
d) Peneliti/guru memberi tugas untuk mempelajarai
pembahasan yang akan di bahas selanjutnya.
e)
Peneliti/guru menutup pertemuan/salam penutup.
Pertemuan
II : 2 X 40 menit
1.
Tahap Awal
a) Salam
pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b)
Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahasan.
c)
Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.
d) Peneliti/guru mengadakan tes untuk menguji kemampuan
menyimak siswa.
f) Peneliti/guru
menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai
hasil belajar.
2.
Tahap Inti
Whilst
Activity
a) Peneliti/guru
memberikan kesempatan kepada nomor dari masing-masing kelompok yang belum menjawab.
b) Peneliti/guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam
bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
Post
Activity
a) Peneliti/guru
meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan
yang ada.
b) Peneliti/guru
mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
c) Peneliti/guru menjelaskan secara detail
materi Menyimak.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk betanya.
b) Peneliti/guru
menyuruh kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c) Peneliti/guru
memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan
belajarnya.
d) Peneliti/ guru menutup pertemuan/salam
penutup.
c.
Observasi Siklus I
Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, peneliti di sini selain bertindak sebagai guru, peneliti juga
bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada lembar
observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah
cukup bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan pelajaran,
karena pelajaran yang didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya.
Memasuki tahapan II, siswa lebih
antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini terlihat dari kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat menyimak berita dengan baik
serta bersemangat dalam mengapresiasikannya.
Setelah siswa mendapatkan metode Numbered Heads Together,
siswa diberi soal test formatif untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam
menerima pelajaran yang telah disampaikan.
d.
Refeleksi Siklus I
Tujuan peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together
semula adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode
pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya
pada kelas X semester II di SMK Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa. Yang mana hal ini
tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang dialaminya selama ini.
Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka diambil langkah-langkah:
1) Memperhatikan
peningkatan siswa yang lebih tertib dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Sebagian
kecil siswa yang kurang mampu menyimak, maka harus diberikan perhatian khusus
untuk dibimbing dalam menyimak.
2. Siklus
Kedua
a. Rencana
Tindakan Siklus II
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
pembelajaran, peneliti memilih menggunakan metode Numbered
Heads Together yang nantinya akan melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.
Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together
pada siklus II, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan
yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Membagi materi selanjutnya menjadi beberapa
bagian.
3) Peneliti/
guru membagai siswa kelas X menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas
masing-masing kelompok..
4) Setelah
pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna
mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
berlangsung.
b.
Pelaksanaan Siklus II
Dengan tetap
menggunakan metode Numbered
Heads Together maka
tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertemuan
I : 2 X 40 menit
1. Tahap Awal
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik
bahasan..
c) Presensi siswa.
d) Peneliti/
guru mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan menyimak siswa.
f) Peneliti/
guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
sebagai hasil belajar.
2.
Tahap Inti
Pre
Activity
a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi menyimak
b) Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5
kelompok.
c) Peneliti/ guru memberi tugas kepada
masing-masing kelompok.
Whilst
Activity
a) Peneliti/
guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari materi menyimakdalam
waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan
dengan materi.
b) Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi.
Post
Activity
a) Peneliti/
guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
b) Peneliti/
guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas
permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
b) Peneliti/
guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan
belajarnya.
c) Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai
bahasan selanjutnya.
e) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam
penutup.
Pertemuan
II : 2 X 40 menit
1. Tahap Awal
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik
bahasan.
c) Presensi siswa.
d) Peneliti/
guru mengadakan tes untuk men.getahui kemampuan menyimak siswa
e) Peneliti/
guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
sebagai hasil belajar.
2. Tahap Inti
Pre
Activity
Peneliti/ guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.
Whilst
Activity
a) Peneliti/
guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum menjawab.
b) Peneliti/
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik
dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
c) Peneliti/ guru membuka session untuk tanya
jawab dengan para siswa.
Post
Activity
a) Peneliti/
guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas
permasalahan yang ada.
b) Peneliti/
gruru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
c) Peneliti/ guru menjelaskan secara detail
materi.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
b) Peneliti/
guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan
belajarnya.
c) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam
penutup.
c. Observasi
Siklus II
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan
terhadap hasil yang didapat pada siklus I. kegiatan siswa dalam proses
belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok yang belum
presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup antusias dalam
mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk bertanya
dan menjawab. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan kemampuan
menyimak.
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa
yang merupakan hasil akhir dari pembelajaran metode Numbered
Heads Together yaitu dapat dilihat pada antusias
belajar siswa yang meningkat dan hasil nilai akhir ulangan harian siswa.
d. Refleksi
Siklus II
Dari kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung dengan menggunakan metode Numbered
Heads Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk
dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif
dalam proses belajar-mengajar.
Dari
hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:
a) Pemahaman
dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode Numbered
Heads Together harus terus diterapkan kepada siswa
untuk lebih mudah dimengerti secara mendalam makna yang terkandung dalam materi
yang disampaikan.
b) Menjaga
agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap
terpelihara.
F.
Teknik
Analisis
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah
kegiatan pengumpulan data. Dalam
penelitian ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik yang
menganalisis data dengan cara mengiterpretasikan data yang diperoleh dengan
menggunakan kata-kata.
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain :
1. Observasi
Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu pengamatan adalah
mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati
berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat
pencatat, formulir dan alat mekanik.
2. Pengukuran test hasil belajar
Pengukuran
test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa.
3.
Wawancara
Wawancara
adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
4. Metode dokumentasi
Tidak
kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
G.
Kriteria
Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama
seperti pada siklus 1, yaitu:
1. Bilamana
siswa lebih paham dalam menyimak wacana berita dari sebelum penelitian
diadakan.
2.
Ketercapaian siswa dalam menyerap materi
pelajaran melalui tes.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta
: Bina Aksara
Andayani.dkk, (2009) Pemantapan
Kemampuan Profesional,Jakarta : Universitas
Terbuka
C.George Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,Jogjakarta :Ruzz Media
Departemen
Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan Action Research.
Jakarta : Ditjen : Penerbit Rineka Cipta
Suwarsih Madya. (1994). Panduan penelitian
tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Idrus, Muhammad, (2009). Metode
Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
PROPOSAL
Meningkatkan Motivasi Belajar siswa Melalui Pendekatan Numbered Heards Together(NHT) pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Smester II, ESMK
Kesehatan Al-Ma’arif Sumbawa Besar
Oleh
Has’ad Rahman Attamimi
(11. 01.15. 0205)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS SAMAWA
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar