BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1LATAR
BELAKANG
Dalam kehidupan sosialnya, manusia
saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya sebuah
komunikasi.Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan
perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi
manusia pada posisi yang paling penting.
Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik,kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi bahasa. Dalam pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau dipisah-pisahkan (bunyi segmental), dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu terdapat unsur-unsur yang menyertainya sehingga disebut bunyi segmental.
Oleh karna itu, dianggap penting
untuk mengkaji mengenai bunyi-bunyi segmental tersebut. Guna memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam.
1.2RUMUSAN MASALAH
1)
Bagaimanakah definisi bunyi segmental?
2)
Bagaimanakah klasifikasi bunyi segmental?
3)
Bagaimanakah bentuk-bentuk deskripsi bunyi segmental?
1.3TUJUAN
1)
Mengidentisifikasi definisi bunyi segmental
2)
Mengidentisifikasi klasifikasi bunyi segmental
3)
Mengidentisifikasi deskripsi (gambaran) bunyi segmental
1.4KERANGKA TEORI
A. PENGERTIAN BUNYI SEGMENTAL MENURUT PARA AHLI
1. Muslich, Masnur. 2008. Bunyi
segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita
suara. Bunyi Segmental ada empat macam
2. Abdul
chaer. 2009. Bunyi segmental ialah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari
segmen-segmen tertentu.
3.
Imam-suhairi . 2009. Bunyi segmental mengacu pada pengertian
bunyi-bunyi yang dapat disegmentasi/dipisah-pisahkan. Kata matang misalnya,
dapat disegmentasi menjadi /m/,/a/,/t/,/a/,/n/,/g/. Jelas bunyi-bunyi tersebut menunjukkan
adanya fonem. Dengan demikian, sebenarnya bunyi-bunyi bahasa yang telah
diuraikan sebelumnya adalah bunyi segmental.
B. Deskripsi bunyi segmental bahasa Indonesia
Muslich,
Masnur. 2008.Bunyi
segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa
Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai
disteribusi dan lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI BUNYI SEGMENTAL
BAHASA INDONESIA
2.1 Definisi
Bunyi Segmental
Menurut Masnur. 2008. Bunyi segmental ialah bunyi
yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Bunyi
Segmental ada empat macam
- Konsonan= bunyi yang terhambat oleh alat ucap
- Vokal = bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap
- Diftong= dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/ dalam /kau/
- Kluster= dua konsonan yang dibaca satu bunyi.
Contoh
Kluster/Konsonan Rangkap
ng:
yang
ny:
nyonya
kh:
khusus, khas, khitmad,
pr:
produksi, prakarya, proses
kr:
kredit, kreatif, kritis, krisis
sy:
syarat, syah, syukur
str:
struktur, strata, strategi
spr:
sprai
tr
: tradisi, tragedi, tragis, trauma, transportasi.
2.2 DASAR
KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL
Masnur. 2008. Klasifikasi
bunyi segmental didasarkan berbagai macam keriteria, yaitu Ada tidaknya
gangguan , Mekanisme udara, Arah udara, Pita suara, Lubang lewatan udara, Mekanisme
artikulasi, Cara gangguan, Maju mundurnya lidah, Tinggi rendahnya lidah, Bentuk
bibir.
1.
Ada Tidaknya
Gangguan
Yang
dimaksud “ gangguan ” adalah penyempitan atau penutupan yang dilakukan oleh
alat-alat ucap atas arus udara dalam pembentukan bunyi. Dilihat dari ada
tidaknya gangguan ketika bunyi diucapakan, bunyi di klompokkan menjadi dua,
yaitu:
a. Bunyi vokoid
yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada
daerah artikulasi.
Contoh bunyi vokoid menurut Daniel Jones
terdapat padada bunyi vocal:
·
Vocal (i) * vocal
(a)
·
Vocal (u) * vocal (o)
·
Vocal (e) * vocal (α)
b. Bunyi kotoid
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada
daerah artikulasi.
Contoh terdapat pada bunyi vocal (m), (n),
dll
2.
Mekanisme
Udara
Yang
dimaksud mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang menggrakkan pita
suara sebagai sumber bunyi. Dilihat dari kriterianya bunyi-bunyi bahasa bisa
dihasilkan dari tiga kemungkinan
mekanisme udara.
a. Mekanisme
udara pulmonis, yaitu udra yang dari paru-paru menuju keluar.
Contohnya
terdapat pada hamper semua bunyi bahasa di dunia.
b. Mekanisme
udara laringal atau faringal, yaitu udara yang datang dari laring atau faring.
c. Mekanisme
udara oral, yaitu udara yang datang dari mulut.
3.
Arah Udara
Dilihat dari
arah udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi di klompokan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi
egresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju keluar melalui rongga
mulut atau rongga hidung.
b. Bunyi
ingresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk kedalam paru-paru.
4.
Pita Suara
Dilihat dari
bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan bunyi dapat di klompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi mati atau
bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara tidak
melakukan gerakan membuka menutup shingga getarannya tidak signifikan.
Contoh : bunyi (k), (p), (t), (s).
b. Bunyi hidup
atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara melakukan
gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara signifikan.
Contoh : bunyi (g), (b), (d), (z).
5.
Lubang
Lewatan Udara
Dilihat dari
lewatan udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi diklompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Bunyi oral,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara
udara keluar melalui rongga mulut, dengan menutupkan velik pada dinding faring.
Contoh: bunyi (k)
b. Bunyi nasal,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara
udara keluar melalui rongga hidung , dengan menutup rongga mulut dan
membuka velik lebar-lebar.
Contoh: bunyi (m)
c. Bunyi
sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar dari rongga mulut
dan rongga hidung, dengan membuka velik sedikit.
Misalnya terdapat pada bunyi “bindheng”(istilahjawa)
6. Mekanisme Artikulasi
Yang
dimaksud mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja atau bergerak
ketika menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan keriteria ini, bunyi dikelompokan
sebagai berikut:
a. Bunyi
bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah
dan bibir (labium ) atas.
Misalnya:
bunyi (p), (b), (m), dan (w)
b. Bunyi labio-dental,
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dengan gigi
(dentum)atas.
Misalnya : bunyi (f), dan (v)
c. Bunyi apiko
dental,yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lidah (apeks) dan
gigi(dentum) atas.
Misalnya : bunyi (t) pada ( pintu) , (d) pada
(dadi), dan (n) pada (minta)
d. Bunyi
apiko-alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah
(apeks) dan gusi (alveolum) atas.
Misalnya : (t) pada (pantun), (d) pada
(dudU?), dan (n) pada (nama)
e. Bunyi
lamino-palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah
(lamina) dan langit-langit keras (palatum).
Misalnya : (c), (j), (ñ), (Š)
f.
Bunyi dorso-velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan
pangkal lidah (dorsum) dan langit-langit lunak (velum).
Misalnya : (K), (g), (x), (η)
g. Bunyi
dorso-uvular, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah
(dorsum) dan anak tekak (uvula).
Misalnya: (q), dan (R).
h. Bunyi
laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok (laring).
Misalnya: (h).
i.
Bunyi glotal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang
atau clah (glotis) pada pita suara.
Misalnya: (?) hamzah
7.
Cara Gangguaan
Dilihat dari
cara gangguan arus udara oleh artikulator ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
diklompokkan sebagai berikut.
a. Bunyi stop
(hambat), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat
sehingga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara tiba-tiba.
Tahap pertama (penutupan) disebut implosif(stop implosif), tahap kedua
(pelepasan) disebut eksplosif (stop eksplosif).
Misalnya: (p) pada (atap’) disebut bunyi
implosive, (p) pada (paku) disebut bunyi eksplosif.
Contoh bunyi stop lainnya: (b), (t), (d),
(k), (g), (?).
b. Bunyi
kontinum(alir), kebalikan dari bunyi stop, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
cara arus udara tidak ditutup secara total sehingga arus udara tetap
mengalir.berarti, selain bunyi-bunyi stop merupakan bunyi kontinum, seperti,
bunyi afrikatif, frikatif, tril dan lateral.
c. Bunyi
afrikatif (panduan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup
rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur. Misalnya, (c), dan (j)
d. Bunyi
frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat
sedemikian rupa sehingga udara tetap
dapat keluar. Misalnya, (f), (v), (s), (z), (Š), (x).
e. Bunyi tril
(getar), yaitu bunyi yang dihasilkan denagn cara arus udara ditutup dan dibuka
berulang-ulang secara cepat. Misalnya, (r), dan (R)
f.
Bunyi lateral (sampingan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara
arus udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih bias keluar melalui
salah satu atau kedua sisinya. Misalnya, (l) pada (lima).
g. Bunyi nasal
(hidung),yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat rongga
mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung. Mialnya,
(m), (n), (ñ), (η).
8. Tinggi-Rendahnya Lidah
Dilihat
dari tinggi rendahnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
a. Bunyi
tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meniggi, mendekati
langit-langit keras. Misalnya, (i) pada (kita), (u) pada (hantu).
b. Bunyi agak
tingggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi,
sehingga agak mendekati langit-langit keras. Misalnya, (e) pada lele, (o) pada
(soto).
c. Bunyi
tengah, yaitu bunyi yang dihasilakan dengn cara posisi lidah di tengah.
Misalnya, ( )
d. Bunyi agak
rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak merendah,
sehingga agak menjauhi langit-langit keras. Misalnya, (ε)pada kata (p ε p ε?),
(ε) pada kata (ε l ε?), (О) pada (jOrO?), (O) pada (pOkO?).
e. Bunyi
rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah, sehingga
jauh dari langit-langit keras. Misalnya, (a)pada (bata), (a) pada (armada), (α)
pada (allαh), (α) pada (rαhmat).
9.
Maju
Mundurnya Lidah
Dilihat dari
maju mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
a. Bunyi depan,
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan. Misalnya,
(i), (ī),(e), (ε), (a).
b. Bunyi pusat,
yaitu bunyi yang dihasillkan dengan cara lidah merata., tidak ada bagian lidah
yang diinakkan. Misalnya, ( )
c. Bunyi
belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah
dinaikkan. Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).
10.Bentuk Bibir
Dilihat
dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi
dua, yiatu:
a. Bunyi bulat,
yaitu buunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat.
Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).
b. Bunyi tidak
bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir merata atau tidak
bulat. Misalnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).
2.3 DESKRIPSI
BUNYI SEGMENTAL BAHAS INDONESIA
Masnur. 2008. Bunyi segmental,
baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia sangat
variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan.
Tetapi, paling tidak jumlah dan variasi bunyi tersebut biasa di deskripsikan
sebagai berikut.
1.
Bunyi Vokoid
Bunyi
|
Ciri-ciri
|
Contoh kata
|
(i)
|
Tinggi, depan, tak bulat
|
(bila) ’bila’
|
(ī)
|
Agak tinggi, tak bulat
|
(ad ī?) ‘adik’
|
(e)
|
Tengah, depan, tak bulat
|
(ide) ‘ide’
|
(ε)
|
Agak rendah, depan, tak bulat
|
(n ε n ε?) ‘nene?’
|
(a)
|
Rendah, depan, tak bulat
|
(cari) ‘cari’
|
(u)
|
Tinggi, belakang, tak bulat
|
(buku) ‘buku’
|
(U)
|
Agak tinggi, belakang, bulat
|
(batU?) ‘batuk’
|
(o)
|
Tengah, belakang, bulat
|
(toko) ‘toko’
|
(O)
|
Agak rendah, belakang, bulat
|
(tOkOh) ‘tokoh’
|
(α)
|
Rendah, belakang, bulat
|
(allαh) ‘allah’
|
( )
|
Tengah, pusat, tak bulat
|
( mas) ‘emas’
|
2.
Bunyi
kontoid
Bunyi
|
Ciri-ciri
|
Contoh kata
|
(p)
|
Mati, oral, bilabial, plosif
|
(paku) ‘paku’
|
(b)
|
Hidup, oral, bilabial, plosif
|
(baru) baru‘
|
(t)
|
Mati, oral, apiko-dental, plosif
|
(tidUr) ‘tidur’
|
(d)
|
Hidup, oral, apiko-dental, plosif
|
(dari) ‘dari’
|
(k)
|
Mati, oral, velar, plosive
|
(kaku) ‘kaku’
|
(g)
|
Hidup, oral, velar, plosif
|
(gali) ‘gali’
|
(?)
|
Mati, oral, glottal, plosif
|
(jara?) ‘jara?’
|
(c)
|
Mati, oral, lamino-palatal, aprikatif
|
(ciri) ‘ciri’
|
(j)
|
Hidup, oral, lamino-palatal, aprikatif
|
(jara?) ‘jara?’
|
(f)
|
Mati, oral, labio-dental, prikatif
|
(final) ‘final’
|
(s)
|
Mati, oral, apiko-alveolar, frikatif
|
(satu) ‘satu’
|
(z)
|
Hidup, oral, apiko-alveolar, frikatif
|
(zaman) ‘zaman’
|
(Š)
|
Mati, lamino-valatal, frikatif
|
(Šarat) ‘syarat’
|
(x)
|
Mati, oral, frikatif
|
(xas) ‘khas’
|
( )
|
Hidup, oral, velar, frikatif
|
(tabli ) ‘tabligh’
|
(h)
|
Mati, oral, laringal, frikatif
|
(tahan) ‘tahan’
|
(l)
|
Hidup, oral, apiko-alveolar, tril
|
(lama) ‘lama’
|
(m)
|
Hidup, nasal, bilabial
|
(makan) ‘makan’
|
(n)
|
Hidup, nasal, apiko-dental
|
(minta) ‘minta’
|
(n)
|
Hidup, nasal, apiko-alpeolar
|
(tanam) ‘tanam’
|
(ñ)
|
Hidup, nasal, lamino-palatal
|
(ñala) ‘nyala’
|
(η)
|
Hidup, nasal, velar
|
(ηilu) ‘ngilu’
|
(w)
|
Mati, oral, bilabial
|
(waktu) ‘waktu’
|
(y)
|
Mati, oral, lamino-palatal
|
(yatim) ‘yatim’
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, kami
dapat menarik kesimpulan bahwa bunyi segmental merupakan salah satu ilmu
fonologi yang sangat penting dalam ilmu bahasa yang berfungsi sebagai alat
komunikasi. Karena dengan adanya bunyi segmental, maka kita dapat membedakan
makna kata dalam setiap ucapan maupun pendengaran.
Dalam penuturan bahasa
Indonesia tinggi rendahnya (nada) suara tidak fungsional atau tidak
membedakan makna. Berbeda dengan nada, tekanandalam tuturan bahasa Indonesia
berfungsi membedakan maksud dalam tatarankalimat (sintaksis), tetapi tidak
berfungsi membedakan makna dalam tatarankata (leksis). Tidak jauh berbeda
dengan tekanan, durasi atau panjang-pendek ucapan dalam bahasa Indonesia
tidak fungsional dalam tataran kalimat.Untuk jeda biasanya dilambangkan dengan
tanda titik (.). Sedangkan Intonasimerupakan
kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang
menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentianterakhir yang berarti
unsur-unsur ini memiliki keterkaitan satu sama lain.
SARAN
Adapun yang dapat penulis
sarankan agar kita bisa memahami lebih jauhbagaimana peran dan kiprah
bunyi-bunyi suprasegmental adalah dengan carakita harus bisa membedakan
unsur-unsur suprasegmental tersebut dalamtuturan bahasa Indonesia dimana
unsur-unsur tersebut memiliki keterkaitansatu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Muslich,
Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia
Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara
2.
Samsuri.
1982. Analisis Bahasa : Memahami Bahasa
Indonsia Illmiah. Jakarta: Erlangga
3.
http://imam-suhairi.blogspot.com/2009/09/materi-kuliah-pbs-fonologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar