Jumat, 20 September 2013

makalah pilsafat ilmu


MAKALAHPILSAFAT ILMU
TENTANG
KONTRUKSI FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN SECARA UMUM

Disusun
Oleh:
has'ad rahman attamimi




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
PROGRAM STUDY BAHASA DAN SASTERA INDONESIA
UNIVERSITAS SAMAWA
2011


BAB I
PENDAHULUAN


1.1LATAR BELAKANG
Filsafat Ilmu memiliki cabang-cabang utama ataupun dasar-dasar utama yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Tafsir, ketiga cabang ini sebenarnya merupakan satu kesatuan. Ontologi membicarakan hakikat segala sesuatu, Epistemologi membicarakan cara memperoleh pengetahuan dan Aksiologi membicarakan kegunaan pengetahuan.
       
1.2 RUMUSAN MASALAH
1)     Bagaimanakah definisi dari Ontologi?
2)     Bagaimanakah definisi dari Epistemologi?
3)     Bagaimanakah definisi dari Aksiologi?
             
1.3 TUJUAN
Mndeskrifsikan konstruksi filsafat ilmu secara umum









BABII
PEMBAHASAN

KONTRUKSI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
DALAM ILMU PENDIDIKAN

Filsafat Ilmu memiliki cabang-cabang utama ataupun dasar-dasar utama yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Tafsir, ketiga cabang ini sebenarnya merupakan satu kesatuan. Ontologi membicarakan hakikat segala sesuatu, Epistemologi membicarakan cara memperoleh pengetahuan dan Aksiologi membicarakan kegunaan pengetahuan.
  
2.1 Ontologi
Di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno adalah Ontologi sebab persoalan paling awal dalam permulaan pemikiran Yunani adalah pemikiran di bidang Ontologi. Kata Ontologi berasal dari perkataan Yunani : On = ada, dan logos = teori. Jadi Ontologi adalah teori tentang keberadaan atau dalam Istilah lain Ontologi berasal dari kata Ontos yang artinya adalah “sesuatu yang berwujud” dan logos adalah teori. Jadi ontologi adalah teori tentang yang ada, dalam kata lain ontologi adalah teori tentang hakikat wujud, tentang hakikat yang ada.
Berbicara secara panjang lebar tentang Ontologi orang akan menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan yang kedua, kenyataan yang berupa rohani (jiwa). Ontologi membahas tentang yang ada yang tidak terikat oleh suatu perwujudan tertentu; yang universal; dan berupaya mencari inti yang termuat dalam kenyataan atau yang meliputi semua realita dalam semua bentuknya.
Sementara itu Jujun S. Suriasumantri, menyatakan bahwa Ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Atau sebagaimana Jujun sebutkan, Ontologi sama dengan hakikat apa yang dikaji.
Filsafat Ilmu dalam kajiannya memiliki kajian objek material dan objek formal tersendiri. Objek material atau pokok pembahasan dalam Filsafat Ilmu adalah Ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu Ilmu yang telah disusun secara sistematis dengan metode Ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Disini terlihat jelas perbedaan antara pengetahuan dengan Ilmu Pengetahuan. Pengetahuan itu bersifat umum dan didasarkan atas pengalaman sehari-hari, sedangkan Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat khusus dengan ciri-ciri sistematis, metode ilmiah tertentu serta dapat diuji kebenarannya. Semua manusia terlibat dengan pengetahuan sejauh ia hidup secara normal dengan perangkat indrawi yang dimilikinya, namun tidak semua orang terlibat terhadap pengetahuan Ilmiah, karena ada persyaratan yang harus dimiliki seorang ilmuan. Persyaratan-persyaratan itu meliputi antara lain : Prosedural Ilmiah, Metode Ilmiah yang dipergunakan, diakui secara akademis, ilmuan harus memiliki kejujuran ilmiah.
2.2 Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan dari bahasa yunani, “epistemi” dan “logy”. Epistemi artinya pengetahuan sedangkan logy berarti teori,[7] (dalam istilah lain; Episteme artinya Pengetahuan dan logos artinya teori), dengan demikian  secara etimologi Epistemologi adalah teori pengetahuan.[8] Epistemologi adalah analisis terhadap sumber-sumber pengetahuan.[9]
Objek material Epistemologi adalah Pengetahuan, sedangkan objek Formalnya adalah Hakikat pengetahuan, Persoalan lain yang dikaji dalam Epistemologi diantara  adalah berkisar pada masalah : asal usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubuangan pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran.[10]
Pengetahuan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan sebagai berikut.
(1) Pengetahuan biasa (ordinary knowledge/Common sense knowledge). Pengetahuan seperti ini  bersifat subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal. Dangan demikian, pengetahuan jenis pertama ini memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan itu bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.
(2) Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dangan menerapkan pendekatan metodologi yang khas pula, artinya metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis.
(3) Pengetahuan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat. Sifat pengetahuan ini mendasar dan menyeluruh dengaa model pemikiran yang analistis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenarannya adalah absolut-intersubjektif. Maksudnya ialah nilai kebenaran yang terkandung pada jenis pengetahuan filsafat selalu merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan dari seorang filsuf serta selalu mendapat pembenaran dari filsuf kemudian yang menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula.
(4) Pengetahuan agama yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan pada keyakinan dan ajaran agama tertentu.pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu didasarkan pada keyakinan yang telah tertentu, sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang di gunakan untuk memahaminya itu. Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria-kriterianya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Pengetahuan Indrawi; yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan atas indra (sense) atau pengalaman manusia sehari-hari.
2. Pengetahuan Akal Budi; yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan rasio.
3. Pengetahuan Intuitif; jenis pengetahuan yang memuat pemahaman dengan cepat. Intuisi, ujar Archi Bahm adalah nama yang kita berikan pada cara pemahaman kesadaran ketika pemahaman itu berujud menampak langsung. Ia menegaskan bahwa tidak ada peng-intuisi-an tanpa melibatkan kesadaran, demikian sebaliknya.
4. Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif; yaitu jenis pengetahuan yang dibangun atas dasar kredibilitas seseorang tokoh atau sekelompok orang yang dianggap propesional dalam bidangnya.

2.3 Aksiologi
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi Aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan arti Aksiologi yang terdapat dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri,  bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.  Aksiologi disamakan dengan Value dan Valuation yang artinya Nilai baik sebagai kata benda abstrak, kata benda konkrit maupun kata kerja. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa aksiologi itu permasalaaaahan sesungguhnya adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Salah satu fungsi filsafat ilmu adalah bertugas memberi landasan filosofis untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah.  Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dari disiplin ilmu agar dapat menampilkan substantif.
Objek pormal Filsafat Ilmu adalah Hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti : apa hakikat Ilmu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa pungsi kebenaran ilmiah itu bagi manusia? Problem inilah yang dibicarajan dalam landasan atau kontruksi pembangunan ilmu pengetahuan, yani landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Dan apabila disekemakan Kontruksi ilmu dapat digambarkan sebagai mana dibawah ini.
Ketiga Kontruksi filsafat tersebut (Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi) merupakan sebuah kontruksi Ilmu pengetahuan, sehingga dalam mengkaji dan memahami sebuah ilmu pengetahuan tidak terlepas akan pemahaman terhadap ketiga bangunan ilmu tersebut.
Ahmad tafsir, dalam sebuah kajiannya menggolongkan ilmu pengetahuan kepada tiga bagian; Pengetahuan Sain, pengetahuan Filsafat dan pengetahuan Mistik. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mencoba menerapkan bangunan Ontologi, bangunan Epistemologi dan Aksiologi pada salah satu dari ketiga pengetahuan (Sain, Filsafat dan Mistik) , tepatnya pada pengetahuan Mistik.
Pengetahuan Sain adalah pengetahuan yang logis-empiris tentang objek yang empiris. Pengetahauan Filsafat adalah pengetahuan logis (dan hanya logis) tetntang objek yang abstrak-logis. Kata logis disini dapat dalam arti “rasional” dapat juga dalam ariti “supra-rasional”. Pengetahuan mistik pengetahuan supra-rasional tentang objek yang supra-rasional.
KESIMPULAN
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi adalah merupakan cabang-cabang dan dasar-dasar utama dari pada Filsafat Ilmu, oleh karena itu maka setiap berbicara tentang Filsafat Ilmu pastilah salah satunya membicarakan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
            Ontologi adalah lapangan penyelidikan kefilsafat paling kuno dalam sejarah peradaban umat manusia. Ontologi berbicara tentang hakekat ataupun kenyataan (realita) sesuatu yang ada baik yang jasmani maupun yang rohani. Landasan Ontologis merupakan landasan pengembangan ilmu berkaitan dengan hakikat ilmu, sebab secara ontologism, ilmu mengkaji realitas sebagaimana adanya (das sein).
            Epistemologi adalah membahas tentang terjadinya dan kesahihan atau kebenaran yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan. Adapun cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode induktif, deduktif, positivistic, kontemplatif dan dialektis. Landasan epistemologis ilmu berkaitan dengan aspek-aspek metodologis ilmu dan sarana berfikirilmiah.
 Aksiologi adalah berbicara tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi haruslah diberi nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Persoalan utama yang mengedepankan di sini ialah: apa manfaat ilmu bagi umat manusia? Untuk apa ilmu itu digunakan? Apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak? Dalam hal ini nilai kegunaan ilmu menempati posisi yang sangat penting. Dapatkah ilmu membantu manusia untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari atau justru sebaliknya?
            Pengembangan ketiga landasan ilmu pengetahuan ini akan melahirkan sifat kebijaksanaan ilmuan dalam menerapkan ilmunya di masyarakat. Sebab apapun halnya, sulit bagi masyarakat untuk menerima kenyataan bahwa produk ilmiah malah menyengsarakan dan merugikan mereka.






DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan), Rosda Cet Pertama Bandung 2004
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (akal dan hati sejak Thales sampai Capra), Rosda Karya, Bandung 2010
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (dari metologi sampai teofilosofi), Pustaka Setia, Bandung 2008
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, Latifah Fress, Tasik Malaya 2004, hlm 19 Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Kencana, Ed. Ke 1 Cet. 3, Jakarta 2008
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan Cet Kedelapan Belas, Bandung 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar