MAKALAHPILSAFAT
ILMU
TENTANG
KONTRUKSI
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN SECARA UMUM
Disusun
Oleh:
has'ad rahman attamimi
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PEDIDIKAN
PROGRAM STUDY
BAHASA DAN SASTERA INDONESIA
UNIVERSITAS SAMAWA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1LATAR
BELAKANG
Filsafat Ilmu memiliki cabang-cabang utama ataupun dasar-dasar utama
yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Ahmad Tafsir, ketiga cabang ini sebenarnya merupakan satu kesatuan. Ontologi
membicarakan hakikat segala sesuatu, Epistemologi membicarakan cara memperoleh
pengetahuan dan Aksiologi membicarakan kegunaan pengetahuan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1)
Bagaimanakah definisi dari Ontologi?
2)
Bagaimanakah definisi dari Epistemologi?
3)
Bagaimanakah definisi dari Aksiologi?
1.3 TUJUAN
Mndeskrifsikan
konstruksi filsafat ilmu secara umum
BABII
PEMBAHASAN
KONTRUKSI
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
DALAM ILMU
PENDIDIKAN
Filsafat
Ilmu memiliki cabang-cabang utama ataupun dasar-dasar utama yaitu Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Tafsir,
ketiga cabang ini sebenarnya merupakan satu kesatuan. Ontologi membicarakan
hakikat segala sesuatu, Epistemologi membicarakan cara memperoleh pengetahuan
dan Aksiologi membicarakan kegunaan pengetahuan.
2.1 Ontologi
Di antara
lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno adalah Ontologi sebab
persoalan paling awal dalam permulaan pemikiran Yunani adalah pemikiran di
bidang Ontologi. Kata Ontologi berasal dari perkataan Yunani : On = ada, dan
logos = teori. Jadi Ontologi adalah teori tentang keberadaan atau dalam Istilah
lain Ontologi berasal dari kata Ontos yang artinya adalah “sesuatu yang
berwujud” dan logos adalah teori. Jadi ontologi adalah teori tentang yang ada,
dalam kata lain ontologi adalah teori tentang hakikat wujud, tentang hakikat
yang ada.
Berbicara
secara panjang lebar tentang Ontologi orang akan menghadapi persoalan
bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ? Pertama kali
orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang
berupa materi (kebenaran) dan yang kedua, kenyataan yang berupa rohani (jiwa).
Ontologi membahas tentang yang ada yang tidak terikat oleh suatu perwujudan
tertentu; yang universal; dan berupaya mencari inti yang termuat dalam
kenyataan atau yang meliputi semua realita dalam semua bentuknya.
Sementara
itu Jujun S. Suriasumantri, menyatakan bahwa Ontologi membahas apa yang ingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada. Atau sebagaimana Jujun sebutkan,
Ontologi sama dengan hakikat apa yang dikaji.
Filsafat
Ilmu dalam kajiannya memiliki kajian objek material dan objek formal
tersendiri. Objek material atau pokok pembahasan dalam Filsafat Ilmu adalah
Ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu Ilmu yang telah disusun secara sistematis
dengan metode Ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum. Disini terlihat jelas perbedaan antara pengetahuan
dengan Ilmu Pengetahuan. Pengetahuan itu bersifat umum dan didasarkan atas
pengalaman sehari-hari, sedangkan Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
bersifat khusus dengan ciri-ciri sistematis, metode ilmiah tertentu serta dapat
diuji kebenarannya. Semua manusia terlibat dengan pengetahuan sejauh ia hidup
secara normal dengan perangkat indrawi yang dimilikinya, namun tidak semua
orang terlibat terhadap pengetahuan Ilmiah, karena ada persyaratan yang harus
dimiliki seorang ilmuan. Persyaratan-persyaratan itu meliputi antara lain :
Prosedural Ilmiah, Metode Ilmiah yang dipergunakan, diakui secara akademis,
ilmuan harus memiliki kejujuran ilmiah.
2.2 Epistemologi
Epistemologi
atau teori pengetahuan dari bahasa yunani, “epistemi” dan “logy”. Epistemi
artinya pengetahuan sedangkan logy berarti teori,[7] (dalam istilah lain;
Episteme artinya Pengetahuan dan logos artinya teori), dengan demikian secara etimologi Epistemologi adalah teori
pengetahuan.[8] Epistemologi adalah analisis terhadap sumber-sumber
pengetahuan.[9]
Objek
material Epistemologi adalah Pengetahuan, sedangkan objek Formalnya adalah
Hakikat pengetahuan, Persoalan lain yang dikaji dalam Epistemologi
diantara adalah berkisar pada masalah :
asal usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubuangan
pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan
kebenaran.[10]
Pengetahuan
merupakan suatu aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran.
Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan
sebagai berikut.
(1) Pengetahuan
biasa (ordinary knowledge/Common sense knowledge). Pengetahuan seperti ini bersifat subjektif, artinya amat terikat pada
subjek yang mengenal. Dangan demikian, pengetahuan jenis pertama ini memiliki
sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan itu bersifat
normal atau tidak ada penyimpangan.
(2) Pengetahuan
ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik
dangan menerapkan pendekatan metodologi yang khas pula, artinya metodologi yang
telah mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis.
(3) Pengetahuan
filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi
pemikiran filsafat. Sifat pengetahuan ini mendasar dan menyeluruh dengaa model
pemikiran yang analistis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenarannya adalah
absolut-intersubjektif. Maksudnya ialah nilai kebenaran yang terkandung pada
jenis pengetahuan filsafat selalu merupakan pendapat yang selalu melekat pada
pandangan dari seorang filsuf serta selalu mendapat pembenaran dari filsuf
kemudian yang menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula.
(4) Pengetahuan
agama yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan pada keyakinan dan ajaran agama
tertentu.pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam
suatu agama selalu didasarkan pada keyakinan yang telah tertentu, sehingga
pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran
sesuai dengan keyakinan yang di gunakan untuk memahaminya itu. Pengetahuan
dipandang atas dasar kriteria-kriterianya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Pengetahuan
Indrawi; yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan atas indra (sense) atau
pengalaman manusia sehari-hari.
2. Pengetahuan
Akal Budi; yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan rasio.
3. Pengetahuan
Intuitif; jenis pengetahuan yang memuat pemahaman dengan cepat. Intuisi, ujar
Archi Bahm adalah nama yang kita berikan pada cara pemahaman kesadaran ketika
pemahaman itu berujud menampak langsung. Ia menegaskan bahwa tidak ada
peng-intuisi-an tanpa melibatkan kesadaran, demikian sebaliknya.
4. Pengetahuan
kepercayaan atau pengetahuan otoritatif; yaitu jenis pengetahuan yang dibangun
atas dasar kredibilitas seseorang tokoh atau sekelompok orang yang dianggap
propesional dalam bidangnya.
2.3 Aksiologi
Aksiologi
berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Jadi Aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan arti Aksiologi yang
terdapat dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri,
bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Aksiologi disamakan dengan Value dan Valuation yang artinya Nilai baik
sebagai kata benda abstrak, kata benda konkrit maupun kata kerja. Dari beberapa
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa aksiologi itu permasalaaaahan
sesungguhnya adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai.
Salah satu
fungsi filsafat ilmu adalah bertugas memberi landasan filosofis untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu, sampai membekalkan
kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan
dari disiplin ilmu agar dapat menampilkan substantif.
Objek pormal
Filsafat Ilmu adalah Hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu
lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan
seperti : apa hakikat Ilmu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran
ilmiah? Apa pungsi kebenaran ilmiah itu bagi manusia? Problem inilah yang
dibicarajan dalam landasan atau kontruksi pembangunan ilmu pengetahuan, yani
landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Dan apabila disekemakan Kontruksi
ilmu dapat digambarkan sebagai mana dibawah ini.
Ketiga
Kontruksi filsafat tersebut (Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi) merupakan
sebuah kontruksi Ilmu pengetahuan, sehingga dalam mengkaji dan memahami sebuah
ilmu pengetahuan tidak terlepas akan pemahaman terhadap ketiga bangunan ilmu
tersebut.
Ahmad
tafsir, dalam sebuah kajiannya menggolongkan ilmu pengetahuan kepada tiga
bagian; Pengetahuan Sain, pengetahuan Filsafat dan pengetahuan Mistik. Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis mencoba menerapkan bangunan Ontologi,
bangunan Epistemologi dan Aksiologi pada salah satu dari ketiga pengetahuan
(Sain, Filsafat dan Mistik) , tepatnya pada pengetahuan Mistik.
Pengetahuan
Sain adalah pengetahuan yang logis-empiris tentang objek yang empiris.
Pengetahauan Filsafat adalah pengetahuan logis (dan hanya logis) tetntang objek
yang abstrak-logis. Kata logis disini dapat dalam arti “rasional” dapat juga
dalam ariti “supra-rasional”. Pengetahuan mistik pengetahuan supra-rasional
tentang objek yang supra-rasional.
KESIMPULAN
Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi adalah merupakan cabang-cabang dan dasar-dasar utama
dari pada Filsafat Ilmu, oleh karena itu maka setiap berbicara tentang Filsafat
Ilmu pastilah salah satunya membicarakan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Ontologi adalah lapangan penyelidikan kefilsafat paling kuno dalam
sejarah peradaban umat manusia. Ontologi berbicara tentang hakekat ataupun
kenyataan (realita) sesuatu yang ada baik yang jasmani maupun yang rohani.
Landasan Ontologis merupakan landasan pengembangan ilmu berkaitan dengan
hakikat ilmu, sebab secara ontologism, ilmu mengkaji realitas sebagaimana
adanya (das sein).
Epistemologi adalah membahas
tentang terjadinya dan kesahihan atau kebenaran yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan. Adapun cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode induktif, deduktif, positivistic,
kontemplatif dan dialektis. Landasan epistemologis ilmu berkaitan dengan
aspek-aspek metodologis ilmu dan sarana berfikirilmiah.
Aksiologi adalah berbicara tentang nilai.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi haruslah diberi nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Persoalan utama
yang mengedepankan di sini ialah: apa manfaat ilmu bagi umat manusia? Untuk apa
ilmu itu digunakan? Apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak? Dalam hal ini nilai
kegunaan ilmu menempati posisi yang sangat penting. Dapatkah ilmu membantu
manusia untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari atau
justru sebaliknya?
Pengembangan ketiga landasan ilmu pengetahuan ini akan melahirkan sifat
kebijaksanaan ilmuan dalam menerapkan ilmunya di masyarakat. Sebab apapun
halnya, sulit bagi masyarakat untuk menerima kenyataan bahwa produk ilmiah
malah menyengsarakan dan merugikan mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu (Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan), Rosda Cet Pertama Bandung 2004
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (akal dan hati sejak
Thales sampai Capra), Rosda Karya, Bandung 2010
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani,
Filsafat Umum, (dari metologi sampai teofilosofi), Pustaka Setia, Bandung 2008
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, Latifah
Fress, Tasik Malaya 2004, hlm 19 Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan
Etika, Kencana, Ed. Ke 1 Cet. 3, Jakarta 2008
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan Cet Kedelapan Belas, Bandung 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar