ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH BUHAIRAH DALAM NOVEL
“ IBLIS MENGGUGAT TUHAN”
KARYA SHAWNI
KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sastra Mahasiswa
Semester Enam Universitas Samawa
Oleh
Nama: Has’ad Rahman Attamimi
NPM: (11. 01. 15. 0205)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMAWA
SUMBAWA BESAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Karya sastra
merupakan sesuatu yang ajaib, sesuatu yang dapat membawa seseorang barada di
alam bawah sadar, selain sebagai sarana pengaplikasian dan pendeskripsian alam
yang sebenarnya. Oleh karenanya, karya sastra sangat penting untuk dikaji
selain untuk dinikmati. Di zaman moderen seperti sekarang ini penikmat karya
sastra bisa dikatakan tidak terbatas, karena karya sastra sekarang ini dapat
dinikmati oleh semua kalangan tidak terkecuali orang-orang yang buta huruf. Namun
era moderen ini kebanyakan penikmat hanya sebatas menikmati saja, tanpa tau
maksud dan pesan yang terkandung dalam setiap karya sastra, hal tersebut
disebabkan oleh pengaruh penyajian karya sastra yang terbilang instan, seperti
halnya karya sastra novel yang telah difilm-kan, seperti novel laskar pelangi,
ayat-ayat cinta dan sebagainya. Penyajian yang instan tersebut membuat penikmat
cenderung malas menelaah maksud yang terkandung dalam karya sastra, yang
penting mengetahui jalan ceritanya. Seharusnya menikmati suatu karya bukan
hanya untuk mengetahui jalan ceritanya saja, melaikan untuk mengetahui maksud
atau pesan yang terkadung dalam setiap karya sastra tersebut, penikmat perlu
menelaah atau menafsirkan setiap kata yang tertuang dalam karya sastra agar
dapat mengetahui maksud atau pesan yang terkandung dalam karya sastra tersebut.
Karena sastra itu benda mati dan akan berarti dan menjadi objek estetik apabila
diberikan makna atau arti oleh para pembaca atau penikmatnya (Teeuw, 1984:191).
Oleh karena itu penikmat perlu mengenal makna sastra sehingga dapat menafsirkan
dan memaknai setiap kata yang tertuang dalam karya sastra yang diamati.
Karya
sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan
gaya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan pengamatannya atas
kehidupan tersebut (Djojosuroto,2006:77). Cumings
menegaskan bahwa karya sastra pada hakikatnya sebagai model dan potret
kehidupan nyata yang ada di masyarakat, dan sebagai wacana dan sarana
komunikasi sosial (cultural and pragmatical bounds, Cuming, 2005:5).
Sastra mampu
membuat seseorang berada didua tempat atau dua alam yang berbeda, sastra
membawa seseorang ke alam bawah sadar, sastra juga mampu membawa seseorang dari
alam bawah sadar (imajinasi) ke dunia yang sebenarnya.
Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa
sastra itu adalah dunia yang tidak nyata atau dunia hayal, sehingga sastra
dianggap tidak penting dalam ilmu pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari
peresentase peminat sastra yang sedikit. Contohnya saja dalam dunia pendidikan
banyak orang yang meremehkan studi sastra
dan dianggap gampang, padahal sastra memiliki peranan penting dalam
kehidupan. Banyak juga orang yang sadar akan pentingnya sastra dalam kehidupan,
namun mereka berpikir sastra adalah sesuatu yang rumit, karena menuntut orang
untuk harus memahaminya hingga harus mampu mengapresiasikannya. Padahal pada
kenyataanya sastra tidak menuntut untuk diapresiasikan namun sastra memberi
jalan untuk memaknai atau menapsirkan setiap fenomena , kata, hingga pola
kehidupan manusia.
Untuk memperbaiki
anggapan-anggapan negatif mengenai sastra, sangat diperlukan pengetahuan dan
pemahaman tentang sifat sastra yang dimana sastra tersebut bersifat estetik.
Sastra adalah bagian dari kehidupan manusia yang melekat pada diri setiap
manusia, karena dengan karya sastra kita dapat mendeskrifsikan segala bentuk
pngalaman, fikiran, hingga permasalahan-permasalahan batin atau biasa disebut
dengan psikologi. Dengan sastra kita mampu mengembangkan pengetahuan, dan imajinasi.
Dengan segala permasalahan yang dihadirkan dalam suatu karya sastra, kita bisa
mengambil beberapa pelajaran berharga, belajar memahami kehidupan, belajar
untuk memahami latar belakang pengetahuan, belajar untuk mengambil keputusan
dalam tindakan, serta mampu memaknai kehidupan dari berbagai segi.
Tujuan
pengarang untuk menghadirkan suatu karya tentunya dengan maksud untuk menyampaikan
sesuatu kepada pembacanya, sehingga disetiap karya sastra
pengarang selalu mengkaitkan kejadian-kejadian yang merupakan isi suatu karya
sastra dengan kehidupan yang sebenarnya, dengan maksud agar pembaca dapat
memahami dan menemukan hikmah dari kejadian-kejadian tersebut. Novel yang dikaji
oleh peneliti ini sangat baik dibaca terutama untuk kalangan orang dewasa yang
sedang senang mendalami ajaran agama, karena dizaman yang sekarang ini terlalu
banyak penafsiran sehingga banyak menimbulkan pemahaman yang membingungkan. Diharapkan
bagi pembaca novel yang dikaji peneliti ini agar dapat menambah pembendaharaan
ilmu atau pemahaman mengenai sesuatu yang tidak disaksikan kejadiannya dan
tidak selalu mengedepankan logika tanpa tau asal usulnya. Karena dalam novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni ini
mengandung unsur-unsur psikologi yang sangat kuat dan sangat mudah mempengaruhi
pemahaman pembaca yang lemah saat ini, sehingga
pembaca perlu membaca dengan cermat dangan pemahaman yang baik agar mampu
menemukan maksud baik pengarang dalam novel tersebut. Karena dalam novel Iblis Mengugat Tuhan karya Shawni
ini menonjolkan unsur psikologi yang kuat dari setiap tokoh. Psikologi merupakan
suatu ilmu yang mempelajari tentang psikis atau kejiwaan seseorang.
Novel
Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni
ini sangat kental dengan unsur religi bahkan bisa dikategorikan sebagai novel
religi, percampuran antara unsur religi dengan sastra membuat novel karya Shawni
ini sanagat menarik. Novel Iblis Mengugat
Tuhan karya Shawni ini sangat kental dengan permasalahan-permasalahan
psikologi tokoh, terutama pada tokoh Buhairah, yang selalu dilanda keraguan
akan ke-Esaan tuhan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah yang terdapat dalam novel Iblis Mengugat Tuhan Karya Shawni ini. Bagaimanakah keadaan psikologi
tokoh utama dalam novel Iblis Mengugat
Tuhan karya Shawni?
C.
MANFAAT PENELITIAN
a.
Manfaat
Teoritis
Secara teoritis, hasil pe
nelitian diharapkan dapat menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan kita dalam
bidang pendidikan dan agama, khususnya pada bidang kajian sastra. Serta dapat
menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk dapat dikembangkan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa
dijadikan sarana untuk memahami kepribadian dan konflik batin tokoh dalam
novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni serta sebagai
masukan dan pertimbangan dalam penelitian karya sastra lain yang dikaji dengan
menggunakan kajian Psikologi Sastra.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA
1.
Pengertian
Psikologi Sastra
Psikologi
sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan
aktivitas kejiwaan. Pendekatan psikologi sastra bertolak dari asumsi bahwa
karya sastra selalu membahas peristiwa kehidupan manusia. Manusia selalu
memperlihatkan perilaku beragam. Dapat disimpulkan bahwa penelitian psikologi
sastra adalah suatu disiplin ilmu yang memandang karya sastra sebagai suatu
karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh
tokoh-tokoh imajiner.
Sastra adalah
ungkapan jiwa dan wakil jiwa lewat bahasa sehingga dapat diartikan bahwa sastra
tidak mampu melepaskan diri dari aspek psikis. Jiwa pula yang berkecamuk dalam
sastra. Pendek kata, memasuki sastra akan terkait dengan psikologi karya itu.
Inilah awal kehadiran psikologi sastra dalam penelitian sastra (Endraswara, 2008: 86).
Psikologi dan
karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana
mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Hanya perbedaannya, gejala kejiwaan
yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia-manusia
imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia ril. Namun, keduanya
saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam terhadap kejiwaan manusia, karena terdapat kemungkinan apa yang
tertangkap oleh pengarang tidak mampu diamati oleh psikolog atau sebaliknya.
Titik temu keduanya dapat digabung menjadi psikologi sastra (Endraswara, 2008: 88).
2.
Interpretasi
Pendekatan Psikologi Sastra
Dalam
(Endaswara, 2008:89), ada tiga langkah yang harus dipahami pada pendekatan
psikologi sastra, yaitu:
a.
Melalui pemahaman
teori-teori psikologi kemudian melakukan analisis terhadap karya satra.
b.
Menentukan sebuah karya sebagai objek penelitian, dan
menentukan teori psikologi yang relevan untuk digunakan.
c.
Secara simultan menemukan teori dan objek penelitian.
Tanpa adanya kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan,
kemungkinan pemahaman tentang sastra akan pincang.
Jenis-jenis
psikologi
1. Psikologi Fungsionalisme
Psikologi
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses
mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi
kesadaran yang menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa
bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tidak bisa dipahami secara
terpisah. Fungsional adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari
fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan
lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam pikiran dan
prilaku.
Fungsionalisme
memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah
adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi
tidak cukup hanya apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga
mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Tokoh-tokohnya:
·
William James
·
John Deweey
·
J.R Anggell dan
·
James Mc.Keen Cattel
2. Psikologi Strukturalisme
Psikologi
Strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran manusia
dewasa melalui metode introspeksi. Pendekatan
psikologi strukturalisme berasal
dari Wilhelm Wunt (Amerika).
Tokoh-tokohnya:
·
Edward Bradford Titchener.
Dalam
konsep dan sistem ini, psikologi strukturalisme Wunt dan Titchener memiliki 3
tujuan, yaitu :
a.
Menggambarkan komponen-komponen dan
elemen-elemen dasar
b.
Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai
elemen-elemen dasar tersebut
c.
Menjelaskan hubungan elemen-elemen
kesadaran dengan sistem saraf, dan kesadaran di atas diartikan sebagai
pengalaman langsung
3.
Psikologi
Evolusioner
Psikologi Evolusioner adalah salah satu cabang baru
dalam psikologi yang mempelajari potensi peran dari faktor genetis dalam
beragam aspek dari prilaku manusia. Psikologi evolusioner mengatakan bahwa
manusia dan mahluk lainnya yang hidup di bumi telah mengalami proses evolusi
biologis selama masa keberadaan sejarahnya. Dan dari proses hasil ini manusia
memiliki mekanisme psikologis yang merupakan hasil evolusi yang membantu
manusia untuk tetap hidup dan mempertahankan keberadaannya. Dalam kajian
percobaan prediksi teoritis, psikologi evolusioner telah memberikan penemuan
dalam topik-topik seperti pola pernikahan, persepsi kecantikan, kecerdasan dan
lain sebagainya. Akar sejarah dari
psikologi evolusioner teori seleksi alam oleh Charles Darwin.
4.
Psikologi Gestalt
Psikologi gestalt ialah percobaan yang
dijalankannya mengenai pengamatan dan penglihatan.Wertheimer merumuskan teori
gestalt dengan cara modern. Dalam bukunya yang berjudul “ Ueber Gestalt”. Teori Wertheimer mengemukakan tentang asas-asas
teori gestalt sebagai berikut :
a. Jumlah merupakan kumpulan dari
beberapa unsur
b. Kompleks
merupakan kumpulan dari beberapa jumlah yang belum tersusun
c. Struktur
merupakan susunan dari suatu jumlah unsur disebut struktur
d. Gestalt
merrupakan kumpulan garis lengkung bukan lagi sebagai jumlah komplek
atau struktur, tetapi mewujudkan gestalt (lingkaran) yang mempunyai sifat-sifat tertentu
e. Gestalt
tersusun yakni susunan dari struktur dan gestalt dalam suatu bentuk yang
berarti
5.
Psikologi Behaviorisme
Psikologi behaviorisme mempelajari perbuatan
manusia, bukan dari kesadarannya melainkan hanya mengamati perbuatan dan
tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Maka sering dikatakan bahwa ilmu
Behavourisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
a.
Behaviourisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana
yaitu perbuatan-perbuatan bukan kesadaran (refleks). Refleks adalah reaksi yang
tidak disadari terhadap suatu perangsang.
b.
Behaviourisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan
semua orang sama. Dia juga berpendapat bahwa pendidikan adalah maha kuasa dan
pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.
B.
REALITAS DAN
MASYARAKAT
Dalam era
modern seperti sekarang ini sering sekali terjadi bahkan telah terbilang biasa
terjadi, semua seakan sudah selayaknya terjadi, seakan telah ditakdirkan
terjadi, kesombongan, keegoisan, serta keangkuhan, sepertinya semua itu sudah
memang ditakdirkan menjadi ciri khas manusia. Rentettan kesombongan dan
keangkuhan yang digambarkan oleh tokoh Iblis serta keraguan yang selalu
menghantui tokoh Buhairah dalam novel Iblis
Menggugat Tuhan karya Shawni seolah seperti pertanda dari masa lampau,
pertanda bahwa seperti itulah sifat yang akan diwariskan oleh Iblis kepada manusia
seperti janjinya saat diusir dari surga, Iblis berkata “wahai junjunganku,
karena Engkautelah membuatku tergelincir, maka dengan seizin-Mu akan kusesatkan
pula mereka (umat manusia). Akan kutipu mereka dengan kesenangn duniawi. Aku
akan senantiasa berada disisi jalan
kebenaran milik-Mu. Akan kudatangi mereka dari depan dan belakang, dari sisi
kiri dan kanan. Sungguh, pada saatnya nanti tak akan banyak Engkau dapatkan
mereka sebagai orang yang bersyukur”.
Sifat sombong
dan angkuh yang telah dijanjikan oleh Iblis sepertinya telah dipenuhi, dalam
kehidupan bermasyarakat ini, sifat yang seperti itu merupakan sifat yang sangat
mudah ditemui, disemua kalanganmasyarakat, ketaantan beragama seseorang-pun
tidak dapat menyembunyikan sifat tersebut.
C.
TOKOH PSIKOLOGI
1.
Sigmund Frued
(1856-1939)
Dalam konsepnya Freud bertolak
psikologi umum, yaitu dia menyatakan bahwa dalam diri manusia ada 3 bagian
yaitu ide, ego dan super-ego. Jika ketiganya bekerja secara wajar dan seimbang
maka manusia akan memperlihatkan watak yang wajar pula, namun jika ketiga unsur
tersebut tidak bekerja secara seimbang, dan salah satunya lebih mendominasi,
maka akan terjadilah peperangan dalam batin atau jiwa manusia, dengan
gejala-gejala resah, gelisah, tertekan dan neurosis yang menghendaki adanya
penyaluran.
Dalam penggambarannya tentang pengarang dan menciptakan karya sastra, Freud mengatakan bahwa pengarang tersebut diserang penyakit jiwa yang dinamakan nerosis bahkan bisa mencapai tahap psikosis, seperti sakit saraf dan mental yang membuatnya berada dalam kondisi yang sangat tertekan, keluh kesah tersebut mengakibatkan munculnya ide dan gagasan, yang menghendaki agar disuplimasikan dalam bentuk karya sastra.
Dalam penggambarannya tentang pengarang dan menciptakan karya sastra, Freud mengatakan bahwa pengarang tersebut diserang penyakit jiwa yang dinamakan nerosis bahkan bisa mencapai tahap psikosis, seperti sakit saraf dan mental yang membuatnya berada dalam kondisi yang sangat tertekan, keluh kesah tersebut mengakibatkan munculnya ide dan gagasan, yang menghendaki agar disuplimasikan dalam bentuk karya sastra.
2.
Carl Gustav
Jung (1875-1961)
Teori Jung berbeda dengan Freud
tentang Nirsadar individu. Dia terkenal dengan teorinya tentang Nirsadar social
bahwa yang demikian tersebut merupakan bentuk dari gejala sosial bukan individu
penyair, penyair hanya mengungkapkan apa yang terjadi dalam fenomena-fenomena
sosial yang terjadi kemudian mengungkapkannya dalam bentuk karya sastra.
Jung berpendapat bahwa seseorang seniman ketika mengungkapkan dengan berbagai bentuk pada hakekatnya ia mengambil contoh-contoh ideal yang ada disetiap serangkaian pengambilan atau pengungkapan seperti gambaran-gambaran tentang ketidaksadaran seorang penyair dari serangkaian bentuk, dalam (Syi’ir).
Jung berpendapat bahwa seseorang seniman ketika mengungkapkan dengan berbagai bentuk pada hakekatnya ia mengambil contoh-contoh ideal yang ada disetiap serangkaian pengambilan atau pengungkapan seperti gambaran-gambaran tentang ketidaksadaran seorang penyair dari serangkaian bentuk, dalam (Syi’ir).
3.
Erik Erikson
(1902- )
Pertumbuhan
manusia berjalan sesuai dengan prinsip epigenetik yang melalui delapan tahapan,
yaitu bayi, balita, pra-sekolah, sekolah, remaja, pemuda, separuh baya hingga
manula. Dan perkembangan tersebut memiliki tugas tersendiri yang bersifat
psikososial.
4.
Jean Piaget
(1896-1980)
Jean terkenal
dengan teori perkembangan kognitif, yaitu seorang anak harus melalui tahap
empat tahap, yaitu masa infancy, pra-sekolah, anak-anak dan remaja.
Masing-masing tahap tersebut dicirikan oleh struktur kognitif umum yang
mempengaruhi pemikiran anak.
5.
Burrhusm
Frederic Skinner
Skinner terkenal dengan teori behaviorisme. Setiap mahluk hidup pasti
bersinggungan dengan alam. Kita
menjadi seperti yang kita inginkan karena kita mendapat reward dari yang kita inginkan. Karena manusia bergerak karena
adanya rangsangan dari alam.
6.
Mortimer Adler
Simon Adler merupakan salah seorang
murid Freud. Namun dia banyak menyangkal pendapat dari Freud sendiri. Adler
terkenal dengan sebutan inferiority complet atau perasaan rendah diri, yang
pada dasarnya adalah merupakan teori dari Al-Jahidt. Teori tersebut
memungkinkan Adler menyelami teks untuk mencari bentuk-bentuk pengganti
kekurangan dalam diri, akan tetapi dalam penerapannya Adler tidak bisa mencapai
kepuasan seperti kepuasan yang dicapai oleh Freud.
D.
Sinopsis novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni
Seorang
pendeta bernama Buhairah tinggal di Suriah, disebuah kota bernama Busrah.
Lelaki itu tak banyak dikenal orang dan jarang sekali dikunjungi. Ia adalah
seorang pembabtis dan cendikiawan miskin yang pandai, yang mencukupi hidupnya
hanya dari hasil mengajar.
Disuatu
hari, Buhairah kedatangan tamu seorang anak muda dari kaum marcionetes yang
yang merupakan kaum nasrani bereputasi buruk yang konon ingin menyingkap tabir
rahasia ajaran keristus. Anak muda tersebut meminta Buhairah untuk
mengajarkanya namun Buhairah menolak, karena Buhairah menolak untuk
mengajarkannya, anak muda tersebut meminta Buhairah untuk mendengarkanya.
Setelah melalui dialog yang sangat panjang dan mendengarkan perkataan anak muda
tersebut, Buhairah mulai dilanda keraguan dan menarik diri dari greja dan
memilih menengglamkan diri dalam kajian dan riset atas buku-buku agama. Keingin
tahuan semakin menguasainya, Ia semakin menengglamkan dirinya dengan tumpukan
buku ajaran Kristen, tetapi tetap tak menemukan iman yang ia cari. Keputusasaan
mulai menguasainya hingga pada suatu saat ia menemukan kenyamanan hatinya yang
berhasil ia temukan pada sebuah ramalan.
Bertahun-tahun
kemudian saat berpuasa, Buhairah membaca kembali ramalan itu berulang-ulang.
Ditengah kehusyukannya bermeditasi ia mendengar suarau “ selesailah sudah “
seketika ia terkejut, rahangnya menganga dalam keterbataan. Ditutupnya kitab
ramalan itu seraya menutup mata batinya dari dunia. Berjam-jam ia berdoa,
memusatkan seluruh perhatian pada tuhan, mempersembahkan segala keraguannya di
altar pengampunan-Nya. Lagi-lagi suara itu terdengar “ selesailah sudah”
Keesokan
harinya Buhairah mengadakan penjamuan terhadap suku Quraisy. Buhairah bertemu
dengan suku Quraisy tersebut ketika ditengah perjalanan menuju ke pasar,
kemudian ia berbicara kepada pemimpin kaum Quraisy tersebut yang bernama Abu
Thalib.
Seketika
penjamuan Buhairah bertanya kepada kaum Quraisy tersebut “ Sudah lengkapkah
suku Quraisy yang hadir di kota busrah ini? Masih adakah anggota kafilahmu yang
tertinggal”
Salah
seorang Quraisy berkata , “ demi Latta, kau benar sekali memang ada satu orang
anak yang kami tinggalkan untuk menjaga barang”. Karena tanda-tanda yang Ia
cari berdasarkan kitab ramalan tidak ditemukan diantara semua tamunya yang
hadir, Buhairah langsung pergi meninggalkan tamu-tamunya ketempat anak yang
ditinggalkan oleh kaumnya untuk menjaga barang tersebut, yang ternyata anak
laki-laki tersebut bernama Muhammad.
Buhairah
menemukan anak tersebut sedang duduk, seketika Buhairah menyapa dan anak itu memalingkan tubuh-nya, seketika itu juga Buhairah
melihat tanda kenabian diantara kedua bahu si anak, persis seperti digambarkan
dalam kitab ramalan. Melihat tanda suci itu mulut Buhairah mendadak takmampu
berkata apa-apa, pikirannya buntu. Pandangan Buhairah mengglap dan matanya
dibanjiri air mata.
Buhairah
mulai menuturkan kegelisahannya selama bertahun-tahun. Setelah mendengarkan
tuturan Buhairah Muhammad membalasnya dengan memberikannya gambaran melalui
beberapa kisah diantaranya kisah balqis dengan sulaiman. Setelah mendengarkan
kisah yang diceritakan Muhammad kepadanya Buhairah semakin gelisah, Muhammad
mulai diam dan mengikuti Buhairah kerumahnya. Setelah semuanya, kaum Quraisy
yang dijamu Buhairah tertidur, Muhammad membawa Buhairah kesuatu tempat yang
gelap dan sunyi, hanya diterangi kelap kelip redup bintang. Ditempat itu Buhairah
melihat seseorang dengan keadaan tubuh tidak karuan, duduk dibawah pohon
kering, Ia menutupi wajahnya dengan tangan sementara air mata darah tercurah
dari kedua matanya, bahkan sampai menggenangi sungai.
Buhairah
melangkah kearah pohon agar lebih dekat, namun darwis mendengarkan langkah Buhairah
dan langsung bangkit. Buhairah terjatuh sambil mengutuk nama Iblis karena
sakitnya. Iblis tertawa mendengarnya, lalu Iblis berkata “ wahai tukang intip
yang ceroboh, mengapa kau kunjungi aku
hanya untuk mengutukku dan memohon perlindungnnya, padahal kau yang
mendatangiku, aku tidak pernah mengganggumu, dan kini engkau yang mengutukku,
yang benar saja!”. Buhairah berkata “aku mengutuk ia yang terkutuk, tidak
peduli seperti apa situasinya”.
Kesombongn
dan keangkuhan mulai ditunjukan Iblis, namun dengan segala cara Buhairah
mencoba melawan. Iblis mengeluarkan kecerdasan logikanya, menceritakan Buhairah
berbagaimacam kisah untuk membuat Buhairah percaya kepadanya. Kutukan demi
kutukan dilontarkan Buhairah kepada Iblis, namun Iblis tak sedikitpun merasa
goyah melainkan semakin mencari titik lemah Buhairah. Iblis berkata “aku memang
dikutuk sampai akhir zaman, tetapi aku tidak akan pernah sujud demi Adam”
Buhairah
meninggalkan Iblis dan kembali ke kota saat fajar, Rasulullah saw. Menemuinya
persis di gerbang kota. Buhairah berbicara, tetapi Rasullah saw. Berkata “jangn
pedulikan dia, dia telah didengar 700 ribu kali sejak pertama. Masalah dia
adalah masalah Allah, bukan masalahmu dan kamu tidak diizinkan untuk
mempertanyakannya”.
E.
KERANGKA PIKIR
Dalam sebuah tindak penelitian harus ditentukan
landasan teori yang akan digunakan sebagai dasar dalam menyusun sebuah laporan, serta kerangka pikir yang dapat
mempermudah menganalisis setiap permasalahan dalam karya sastra. Kerangka pikir penelitian merupakan
urut-urutan logis dari pemikiran peneliti untuk memecahkan suatu masalah
penelitian, yang dituangkan dalam bentuk bagan dengan penjelasannya.
Beberapa
ahli memberi definisi sebagai berikut :
7.
Menurut
Muhamad (2009:75) Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar
variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut
kerangka logis.
8.
Menurut
Riduwan (2004:25) Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang
disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka
pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam
penelitian. Uiraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar
variabel.
9.
Selanjutnya
menurut Sekaran (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Variabel penelitian
diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama
b. Uraiannya menyatakan bagaimana dua
atau lebih variabel berhubungan satu dengan lainnya
c. Jika sifat dan arah hubungan dapat
diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya
menjadi dasar dalam uraian kerangka berfikir apakah hubungan itu positif
atau negatif
d. Dinyatakan secara jelas mengapa
peneliti berharap bahwa hubungan antara variabel itu ada.
e. Digambarkan dalam bentuk diagram
skematis, sehingga pembaca dapat jelas melihat hubungan antar variabel
Dalam menganalisis novel Iblis Menggugat Tuhan
karya Shawni, hal yang diteliti,
yaitu penyebab terjadinya konflik batin yang melanda Buhairah. Dalam
menganalisis masalah tersebut peneliti menggunakan pendekatan psikologi yang
mengkaji tentang kejiwaan, emosi/perasaan, pemberontakan, dan lain
sebagainya.
Rene Wellek dan Austin Warren (dalam terjemahan Melani
Budianta 1989:285) menyatakan bahwa “konflik adalah sesuatu
yang 'dramatik', mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang
seimbang, menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan".
Dengan demikian konflik ialah sesuatu yang tidak menyenangkan dan
menyebabkan suatu aksi dan reaksi dari hal yang dipertentangkan
tokoh dalam suatu peristiwa.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan
antara psikologi dengan sastra, yaitu: a) memahami unsur-unsur kejiwaan
pengarang sebagai penulis, b) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh
fiksional dalam karya sastra, c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.(wellek
dan Warren dalam Ratna (2008:343)
Konflik menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat
tidak menyenangkan yang terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang
jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia (mereka)
tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya
sebagaimana diungkap oleh Meredith dan Fitzgerald dalam
Nurgiyantoro, (2007:122). Konflik dapat terjadi dan disebabkan oleh faktor dari
luar, antara perbuatan orang yang saling bertentangan, dan dapat juga
terjadi di dalam tokoh itu sendiri, yaitu pertentangan nurani
(konflik antara hak dan kewajiban; antara kemanusiaan dan nurani alam).
pertentangan itu tidak selalu berup kekuatan-kekuatan yang aktif, melainkan juga
dapat berupa keadaan yang senang, di mana segala sesuatu yang ada
sangat menghalangi tokoh cerita. Dalam hal ini, tantangan dari luar
biasanya berupa masalah keadaan sosial dan fisik, sedangkan dari
dalam dapat berupa nurani.
Konflik dapat timbul dalam situasi dimana terdapat dua
atau lebih kebutuhan, harapan, keinginan, dan tujuan yang tidak
bersesuaian saling bersaing dan menyebabkan salah satu organisme
merasa ditarik ke arah dua jurusan yang berbeda
sekaligus, dan menimbulkan perasaan yang sangat tidak enak.
Konflik ini dapat menimbulkan frustasi, karena kalau memilih salah
satu berarti yang lain tidak terpilih meskipun untuk sementara waktu saja
(Davidoff dalam terjemahan Mari Juniati, 1991:178).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa konflik adalah suatu peristiwa yang
dilatarbelakangi oleh sesuatu hal (harapan, tujuan, kemauan) yang saling
bertentangan dan menimbulkan perasaan yang sangat tidak enak. Konflik
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni faktor dari luar dan faktor
dari dalam. Segala sesuatu yang melatarbelakagi
terjadinya konflik dapat berakibat pada diri individu
tersebut, baik fisik ataupun psikis.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini,
pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan Psikoanalisis Sastra, salah satu cabang psikologi yang
berkaitan erat dengan telaah sastra adalah psikoanalisis. Psikoanalisis
mengemukakan teori tentang adanya dorongan bawah sadar yang mempengaruhi
tingkah laku manusia. Pelopor psikoanalisis adalah Sigmund Freud.
Prinsip-prinsip
psikoanalisis adalah sebagai berikut :
1.
Lapisan
kejiwaan yang paling dalam (rendah) adalah lapisan bawah sadar (Libido) atau
daya hidup, yang berbentuk dorongan seksual dan persaan-perasaan yang lain yang
mendorong kesenangan dan kegairaan.
2.
Pengalaman-pengalaman
sewaktu bayi dalam kanak-kanak, banyak mempengaruhi sikap hidup dimasa dewasa,
yang paling menonjol adalah ikatan kasih antara anak perempuan dan ayahnya dan
anak laki-laki dengan ibunya.
3.
Semua
buah pikiran, mungki tidak berarti, masih tetap bila dihubungkan daerah bawah
sadar.
4.
Konflik
emosi pada dasarnya adalah konflik antara perasaan bawah sadar dengan
keinginan-keinginan dari luar.
B.
Metode Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan setelah
peneliti menyeleksi data sesuai dengan kriteria yang akan diteliti (Siswantoro,
2004: 48). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif ini
menggambarkan, mendeskriptifkan data secara kualitatif, yaitu menggunakan
kata-kata. Metode deskriptif digunakan karena data-data penelitian berupa
data-data kualitatif dan menjelaskan secara deskriptif.
Adapun langkah-langkah yang digunakan
dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut.
1.
Data yang
diperoleh melalui pembacaan novel dikumpulkan.
2.
Data yang
terkumpul ditafsirkan dan dimaknai sesuai dengan aspek kepribadian dan konflik
batin tokoh.
3.
Menganalisis
data yang diperoleh dan mengklasifikasikan
berdasarkan teori.
4.
Menyimpulkan
hasil analisis menjadi temuan penelitian dan saran-saran.
C.
Definisi Istilah
1.
Novel
Novel
adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam
bentuk cerita.
2. Analisis
Analisis
adalah sebuah upaya dan proses untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan
berbagai hal yang ada di dalamnya.
3.
Kritik
Keritik
(sastra) berasal dari bahasa Yunani yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites
sendiri berasal dari krinein ”menghakimi”; kriterion yang
berarti ”dasar penghakiman” dan kritikos berarti ”hakim
kasustraan”. Kritik sastra dapat diartikan sebagai
salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis,
penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni.
4.
Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno Psyche dan logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh, atau sukma”, sedangkan kata logos berarti “ ilmu jiwa”. Jadi psikologi secara harafiah berarti “ilmu jiwa” atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno Psyche dan logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh, atau sukma”, sedangkan kata logos berarti “ ilmu jiwa”. Jadi psikologi secara harafiah berarti “ilmu jiwa” atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.
D.
Sumber Penelitian
1. Sumber
Sekunder
Subjek penelitian ini adalah Novel Iblis
Menggugat Tuhan karya Shawni, judul asli novel ini adalah The Madness of God. Novel ini
diterbitkan oleh Dastan
Book; Jakarta pada tahun 2008 cetakan kesembilan dengan tebal
buku 131 halaman. Data
sekunder ini adalah buku teori dan buku acuan lain yang digunakan peneliti
untuk mendukung jalannya penelitian,
yaitu buku tentang teori psikologi sastra, dan sumber-sumber lain yang
mendukung penelitian ini, dengan pendekatan psikologi sastra.
2. Sumber
Primer
Siswantoro (2004:46-47)
menyebutkan bahwa objek penelitian harus ada sebagai tindak ilmiah yang
merupakan gejala atau fenomena yang akan diteliti. Objek penelitian ini adalah
kepribadian tokoh dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama
dari segi psikologi novel Iblis Menggugat Tuhan. Lebih lanjut
dijelaskan oleh (Siswantoro, 2004: 55) objek yang digunakan dalam penelitian adalah
manusia baik secara material atau formal. Objek material adalah kenyataan
yang diselidiki atau yang dibahas adalah manusia itu sendiri, dalam arti
manusia yang berada dalam novel bukan manusia dalam arti yang sebenarnya.
Objek formal yaitu merujuk pada aspek
khusus dari objek material yang diteliti yaitu perilaku, kebudayaan manusia,
kehidupan sosial, dan sebagainya. Di dalam penelitian ini yang menjadi objek
formal adalah kepribadian yang dialami tokoh utama, faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian tokoh utama dan konflik batin serta faktor-faktor yang mempengaruhi konflik batin yang dialami
tokoh utama.
E.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara-cara
yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam suatu
penelitian
(Arikunto, 2006: 160). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode baca catat dan kepustakaan. Adapun metode yang
dilakukan sebagai berikut:
1. Metode baca
catat adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan membaca
seluruh isi novel secara berulang ulang kemudian dicatat untuk mendapatkan data
yang akurat.
2. Metode
kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara
mencari referensi yang sesuai dengan teori yang digunakan.
F. Tahapan Analisis
1. Tahap Deskripsi
Deskripsi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha untuk melukiskan atau menggambarkan dengan
kata-kata, wujud atau sifat lahiriah dari suatu obyek. Deskripsi merupakan
salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca
seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar
mengenai satu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter
yang digambarkan lebih hidup gambarannya di benak pembaca.
2. Interpretasi
Interpretasi adalah proses memberi arti dan
signifikansi terhadap analisis yang dilakukan, menjelaskan pola-pola
deskriptif, mencari hubungan dan keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data
yang ada (Barnsley & Ellis, 1992).
3.
Analisis
Menganalisis data yang diperoleh dan mengklasifikasikan
berdasarkan teori.
4.
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah pernyataan
singkat tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hasil
pengetesan hipotesis yang telah dilakukan di BAB sebelumnya.
Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan yang
diajukan pada bagian rumusan masalah.Keseluruhan jawaban hanya terfokus pada
ruang lingkup pertanyaan dan jumlah jawaban disesuaikan dengan jumlah rumusan
masalah yang diajukan.
Maka kesimpulan yang dapat disimpulkan oleh
peneliti adalah konflik batin tokoh Buhairah dalam novel Iblis menggugat Tuhan karya Shawni ini di akibatkan oleh keraguan
akan ke-Esaan yang maha Kuasa, karena pengaruh paham agama yang dianut
sebelumnya serta argument-argument yang didengar dari Iblis yang membuat
logikanya tak mampu menjangkau kebenaran yang dia inginkan.
G. Uji
Keabsahan Data
Dalam penelitian ini uji keabsahan data dapat dilakukan melalui:
1. Triangulasi
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan
multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan
menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat
dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati
dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang
berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.
Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang
diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara
mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan
dan analisis data.
2.
Diskusi
Diskusi adalah percakapan ilmiah
yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat
yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk
mencari kebenaran.
Banyak
masalah yang terjadi di lingkungan murid yang memerlukan pembahasan oleh lebih
dari seorang saja, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan
musyawarah.
Jika
demikian musyawarah atau diskusi jalan pemecahan yang memberi kemungkinan
mendapatkan penyelesaian yang terbaik.
Metode
diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat
dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari pengertian diskusi
adalah meeting of minds. Didalam memecahkan masalah diperlukan bermacam-macam
jawaban. Dari jawaban tersebut dipilihkan satu jawaban yang lebih logis dan
lebih tepat dan mempunyai argumentasi yang kuat, yang menolak jawaban yang
mepunyai argumentasi lemah.
Memang
dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang
didukung oleh argumentasi, argumentasi kontra argumentasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,
Pendekatan Psikologi Dalam Penelitian Sastra, Makalah tidak dipublikasika. 2003
Semi, Antar.
1993. Metode Penalitian Sastra.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Siswantoro. 2004. Metode Penelitian
Sastra Analisis Psikologi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Erlangga.Endraswara,
Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: FBS
Shawni. 2008. Iblis
Menggugat Tuhan. Jakarta: DASTAN Books.
Psikoanalisis dan Sastra « Sekolah Berpikir dan Menulis.htm
Id, Ego, dan Superego Oleh Sigmund Freud _ BELAJAR
PSIKOLOGI.htm
penerapan-teori-psikoanalisis-dalam.html
Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar