Kamis, 19 September 2013

KRITIK SASTRA PROPOSAL

  ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH BUHAIRAH DALAM NOVEL
IBLIS MENGGUGAT TUHAN” KARYA SHAWNI
KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sastra Mahasiswa Semester Enam Universitas Samawa

Oleh
Nama:              Has’ad Rahman Attamimi
NPM:              (11. 01. 15. 0205)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMAWA
SUMBAWA BESAR
  2013


 BAB I
           PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan sesuatu yang ajaib, sesuatu yang dapat membawa seseorang barada di alam bawah sadar, selain sebagai sarana pengaplikasian dan pendeskripsian alam yang sebenarnya. Oleh karenanya, karya sastra sangat penting untuk dikaji selain untuk dinikmati. Di zaman moderen seperti sekarang ini penikmat karya sastra bisa dikatakan tidak terbatas, karena karya sastra sekarang ini dapat dinikmati oleh semua kalangan tidak terkecuali orang-orang yang buta huruf. Namun era moderen ini kebanyakan penikmat hanya sebatas menikmati saja, tanpa tau maksud dan pesan yang terkandung dalam setiap karya sastra, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh penyajian karya sastra yang terbilang instan, seperti halnya karya sastra novel yang telah difilm-kan, seperti novel laskar pelangi, ayat-ayat cinta dan sebagainya. Penyajian yang instan tersebut membuat penikmat cenderung malas menelaah maksud yang terkandung dalam karya sastra, yang penting mengetahui jalan ceritanya. Seharusnya menikmati suatu karya bukan hanya untuk mengetahui jalan ceritanya saja, melaikan untuk mengetahui maksud atau pesan yang terkadung dalam setiap karya sastra tersebut, penikmat perlu menelaah atau menafsirkan setiap kata yang tertuang dalam karya sastra agar dapat mengetahui maksud atau pesan yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Karena sastra itu benda mati dan akan berarti dan menjadi objek estetik apabila diberikan makna atau arti oleh para pembaca atau penikmatnya (Teeuw, 1984:191). Oleh karena itu penikmat perlu mengenal makna sastra sehingga dapat menafsirkan dan memaknai setiap kata yang tertuang dalam karya sastra yang diamati.
Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan gaya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan pengamatannya atas kehidupan tersebut (Djojosuroto,2006:77). Cumings menegaskan bahwa karya sastra pada hakikatnya sebagai model dan potret kehidupan nyata yang ada di masyarakat, dan sebagai wacana dan sarana komunikasi sosial (cultural and pragmatical bounds, Cuming, 2005:5).
Sastra mampu membuat seseorang berada didua tempat atau dua alam yang berbeda, sastra membawa seseorang ke alam bawah sadar, sastra juga mampu membawa seseorang dari alam bawah sadar (imajinasi) ke dunia yang sebenarnya.
 Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa sastra itu adalah dunia yang tidak nyata atau dunia hayal, sehingga sastra dianggap tidak penting dalam ilmu pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari peresentase peminat sastra yang sedikit. Contohnya saja dalam dunia pendidikan banyak orang yang meremehkan studi sastra  dan dianggap gampang, padahal sastra memiliki peranan penting dalam kehidupan. Banyak juga orang yang sadar akan pentingnya sastra dalam kehidupan, namun mereka berpikir sastra adalah sesuatu yang rumit, karena menuntut orang untuk harus memahaminya hingga harus mampu mengapresiasikannya. Padahal pada kenyataanya sastra tidak menuntut untuk diapresiasikan namun sastra memberi jalan untuk memaknai atau menapsirkan setiap fenomena , kata, hingga pola kehidupan manusia.
Untuk memperbaiki anggapan-anggapan negatif mengenai sastra, sangat diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang sifat sastra yang dimana sastra tersebut bersifat estetik. Sastra adalah bagian dari kehidupan manusia yang melekat pada diri setiap manusia, karena dengan karya sastra kita dapat mendeskrifsikan segala bentuk pngalaman, fikiran, hingga permasalahan-permasalahan batin atau biasa disebut dengan psikologi. Dengan sastra kita mampu mengembangkan pengetahuan, dan imajinasi. Dengan segala permasalahan yang dihadirkan dalam suatu karya sastra, kita bisa mengambil beberapa pelajaran berharga, belajar memahami kehidupan, belajar untuk memahami latar belakang pengetahuan, belajar untuk mengambil keputusan dalam tindakan, serta mampu memaknai kehidupan dari berbagai segi.
Tujuan pengarang untuk menghadirkan suatu karya  tentunya dengan maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada pembacanya, sehingga disetiap karya sastra pengarang selalu mengkaitkan kejadian-kejadian yang merupakan isi suatu karya sastra dengan kehidupan yang sebenarnya, dengan maksud agar pembaca dapat memahami dan menemukan hikmah dari kejadian-kejadian tersebut. Novel yang dikaji oleh peneliti ini sangat baik dibaca terutama untuk kalangan orang dewasa yang sedang senang mendalami ajaran agama, karena dizaman yang sekarang ini terlalu banyak penafsiran sehingga banyak menimbulkan pemahaman yang membingungkan. Diharapkan bagi pembaca novel yang dikaji peneliti ini agar dapat menambah pembendaharaan ilmu atau pemahaman mengenai sesuatu yang tidak disaksikan kejadiannya dan tidak selalu mengedepankan logika tanpa tau asal usulnya. Karena dalam novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni ini mengandung unsur-unsur psikologi yang sangat kuat dan sangat mudah mempengaruhi pemahaman  pembaca yang lemah saat ini, sehingga pembaca perlu membaca dengan cermat dangan pemahaman yang baik agar mampu menemukan maksud baik pengarang dalam novel tersebut. Karena dalam novel Iblis Mengugat Tuhan karya Shawni ini menonjolkan unsur psikologi yang kuat dari setiap tokoh. Psikologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang psikis atau kejiwaan seseorang.
            Novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni ini sangat kental dengan unsur religi bahkan bisa dikategorikan sebagai novel religi, percampuran antara unsur religi dengan sastra membuat novel karya Shawni ini sanagat menarik. Novel Iblis Mengugat Tuhan karya Shawni ini sangat kental dengan permasalahan-permasalahan psikologi tokoh, terutama pada tokoh Buhairah, yang selalu dilanda keraguan akan ke-Esaan tuhan.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah yang terdapat dalam novel Iblis Mengugat Tuhan Karya Shawni ini. Bagaimanakah keadaan psikologi tokoh utama dalam novel Iblis Mengugat Tuhan karya Shawni?
C.  MANFAAT PENELITIAN
a.    Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil pe nelitian diharapkan dapat menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan kita dalam bidang pendidikan dan agama, khususnya pada bidang kajian sastra. Serta dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk dapat dikembangkan.
b.   Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sarana untuk memahami kepribadian dan konflik batin tokoh dalam novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni serta sebagai masukan dan pertimbangan dalam penelitian karya sastra lain yang dikaji dengan menggunakan kajian Psikologi Sastra.


BAB II
KAJIAN TEORI

A.  PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA
1.      Pengertian Psikologi Sastra
         Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Pendekatan psikologi sastra bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas peristiwa kehidupan manusia. Manusia selalu memperlihatkan perilaku beragam. Dapat disimpulkan bahwa penelitian psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh imajiner.
         Sastra adalah ungkapan jiwa dan wakil jiwa lewat bahasa sehingga dapat diartikan bahwa sastra tidak mampu melepaskan diri dari aspek psikis. Jiwa pula yang berkecamuk dalam sastra. Pendek kata, memasuki sastra akan terkait dengan psikologi karya itu. Inilah awal kehadiran psikologi sastra dalam penelitian sastra (Endraswara, 2008: 86).
         Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Hanya perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia ril. Namun, keduanya saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan manusia, karena terdapat kemungkinan apa yang tertangkap oleh pengarang tidak mampu diamati oleh psikolog atau sebaliknya. Titik temu keduanya dapat digabung menjadi psikologi sastra (Endraswara, 2008: 88).
2.      Interpretasi Pendekatan Psikologi Sastra
Dalam (Endaswara, 2008:89), ada tiga langkah yang harus dipahami pada pendekatan psikologi sastra, yaitu:
a.        Melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian melakukan analisis terhadap karya satra.
b.      Menentukan sebuah karya sebagai objek penelitian, dan menentukan teori psikologi yang relevan untuk digunakan.
c.       Secara simultan menemukan teori dan objek penelitian. Tanpa adanya kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan pemahaman tentang sastra akan pincang.
Jenis-jenis psikologi
1.      Psikologi Fungsionalisme
Psikologi Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta mempelajari fungsi-fungsi kesadaran yang menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan tidak bisa dipahami secara terpisah. Fungsional adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam pikiran dan prilaku.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tidak cukup hanya apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Tokoh-tokohnya:
·         William James
·         John Deweey
·         J.R Anggell dan
·         James Mc.Keen Cattel
2.      Psikologi Strukturalisme
Psikologi Strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran manusia dewasa melalui metode introspeksi. Pendekatan  psikologi strukturalisme  berasal dari Wilhelm Wunt (Amerika).
Tokoh-tokohnya:
·         Edward Bradford Titchener.
Dalam konsep dan sistem ini, psikologi strukturalisme Wunt dan Titchener memiliki 3 tujuan, yaitu :
a.       Menggambarkan komponen-komponen dan elemen-elemen dasar
b.      Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut
c.       Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf, dan kesadaran di atas diartikan sebagai pengalaman langsung
3.      Psikologi Evolusioner
Psikologi Evolusioner adalah salah satu cabang baru dalam psikologi yang mempelajari potensi peran dari faktor genetis dalam beragam aspek dari prilaku manusia. Psikologi evolusioner mengatakan bahwa manusia dan mahluk lainnya yang hidup di bumi telah mengalami proses evolusi biologis selama masa keberadaan sejarahnya. Dan dari proses hasil ini manusia memiliki mekanisme psikologis yang merupakan hasil evolusi yang membantu manusia untuk tetap hidup dan mempertahankan keberadaannya. Dalam kajian percobaan prediksi teoritis, psikologi evolusioner telah memberikan penemuan dalam topik-topik seperti pola pernikahan, persepsi kecantikan, kecerdasan dan lain  sebagainya. Akar sejarah dari psikologi evolusioner teori seleksi alam oleh Charles Darwin.
4.      Psikologi Gestalt
Psikologi gestalt ialah percobaan yang dijalankannya mengenai pengamatan dan penglihatan.Wertheimer merumuskan teori gestalt dengan cara modern. Dalam bukunya yang berjudul “ Ueber Gestalt”. Teori Wertheimer mengemukakan tentang asas-asas teori gestalt sebagai berikut :
a. Jumlah merupakan kumpulan dari beberapa unsur
b. Kompleks merupakan kumpulan dari beberapa jumlah yang belum tersusun
c. Struktur merupakan susunan dari suatu jumlah unsur disebut struktur
d. Gestalt merrupakan kumpulan garis lengkung bukan lagi sebagai jumlah     komplek atau struktur, tetapi mewujudkan gestalt (lingkaran) yang    mempunyai sifat-sifat tertentu
e. Gestalt tersusun yakni susunan dari struktur dan gestalt dalam suatu bentuk yang berarti
5.      Psikologi Behaviorisme
Psikologi behaviorisme mempelajari perbuatan manusia, bukan dari kesadarannya melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Maka sering dikatakan bahwa ilmu Behavourisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
a.       Behaviourisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yaitu perbuatan-perbuatan bukan kesadaran (refleks). Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang.
b.      Behaviourisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang sama. Dia juga berpendapat bahwa pendidikan adalah maha kuasa dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.

B.       REALITAS DAN MASYARAKAT
Dalam era modern seperti sekarang ini sering sekali terjadi bahkan telah terbilang biasa terjadi, semua seakan sudah selayaknya terjadi, seakan telah ditakdirkan terjadi, kesombongan, keegoisan, serta keangkuhan, sepertinya semua itu sudah memang ditakdirkan menjadi ciri khas manusia. Rentettan kesombongan dan keangkuhan yang digambarkan oleh tokoh Iblis serta keraguan yang selalu menghantui tokoh Buhairah dalam novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni seolah seperti pertanda dari masa lampau, pertanda bahwa seperti itulah sifat yang akan diwariskan oleh Iblis kepada manusia seperti janjinya saat diusir dari surga, Iblis berkata “wahai junjunganku, karena Engkautelah membuatku tergelincir, maka dengan seizin-Mu akan kusesatkan pula mereka (umat manusia). Akan kutipu mereka dengan kesenangn duniawi. Aku akan senantiasa berada disisi  jalan kebenaran milik-Mu. Akan kudatangi mereka dari depan dan belakang, dari sisi kiri dan kanan. Sungguh, pada saatnya nanti tak akan banyak Engkau dapatkan mereka sebagai orang yang bersyukur”.
Sifat sombong dan angkuh yang telah dijanjikan oleh Iblis sepertinya telah dipenuhi, dalam kehidupan bermasyarakat ini, sifat yang seperti itu merupakan sifat yang sangat mudah ditemui, disemua kalanganmasyarakat, ketaantan beragama seseorang-pun tidak dapat menyembunyikan sifat tersebut.

C.      TOKOH PSIKOLOGI
1.      Sigmund Frued (1856-1939)
Dalam konsepnya Freud bertolak psikologi umum, yaitu dia menyatakan bahwa dalam diri manusia ada 3 bagian yaitu ide, ego dan super-ego. Jika ketiganya bekerja secara wajar dan seimbang maka manusia akan memperlihatkan watak yang wajar pula, namun jika ketiga unsur tersebut tidak bekerja secara seimbang, dan salah satunya lebih mendominasi, maka akan terjadilah peperangan dalam batin atau jiwa manusia, dengan gejala-gejala resah, gelisah, tertekan dan neurosis yang menghendaki adanya penyaluran.
            Dalam penggambarannya tentang pengarang dan menciptakan karya sastra, Freud mengatakan bahwa pengarang tersebut diserang penyakit jiwa yang dinamakan nerosis bahkan bisa mencapai tahap psikosis, seperti sakit saraf dan mental yang membuatnya berada dalam kondisi yang sangat tertekan, keluh kesah tersebut mengakibatkan munculnya ide dan gagasan, yang menghendaki agar disuplimasikan dalam bentuk karya sastra.
2.      Carl Gustav Jung (1875-1961)
Teori Jung berbeda dengan Freud tentang Nirsadar individu. Dia terkenal dengan teorinya tentang Nirsadar social bahwa yang demikian tersebut merupakan bentuk dari gejala sosial bukan individu penyair, penyair hanya mengungkapkan apa yang terjadi dalam fenomena-fenomena sosial yang terjadi kemudian mengungkapkannya dalam bentuk karya sastra.
Jung berpendapat bahwa seseorang seniman ketika mengungkapkan dengan berbagai bentuk pada hakekatnya ia mengambil contoh-contoh ideal yang ada disetiap serangkaian pengambilan atau pengungkapan seperti gambaran-gambaran tentang ketidaksadaran seorang penyair dari serangkaian bentuk, dalam (Syi’ir).
3.      Erik Erikson (1902-   )
Pertumbuhan manusia berjalan sesuai dengan prinsip epigenetik yang melalui delapan tahapan, yaitu bayi, balita, pra-sekolah, sekolah, remaja, pemuda, separuh baya hingga manula. Dan perkembangan tersebut memiliki tugas tersendiri yang bersifat psikososial.
4.      Jean Piaget (1896-1980)
Jean terkenal dengan teori perkembangan kognitif, yaitu seorang anak harus melalui tahap empat tahap, yaitu masa infancy, pra-sekolah, anak-anak dan remaja. Masing-masing tahap tersebut dicirikan oleh struktur kognitif umum yang mempengaruhi pemikiran anak.
5.      Burrhusm Frederic Skinner
Skinner terkenal dengan teori behaviorisme. Setiap mahluk hidup pasti bersinggungan dengan alam. Kita menjadi seperti yang kita inginkan karena kita mendapat reward dari yang kita inginkan. Karena manusia bergerak karena adanya rangsangan dari alam.


6.      Mortimer Adler
Simon Adler merupakan salah seorang murid Freud. Namun dia banyak menyangkal pendapat dari Freud sendiri. Adler terkenal dengan sebutan inferiority complet atau perasaan rendah diri, yang pada dasarnya adalah merupakan teori dari Al-Jahidt. Teori tersebut memungkinkan Adler menyelami teks untuk mencari bentuk-bentuk pengganti kekurangan dalam diri, akan tetapi dalam penerapannya Adler tidak bisa mencapai kepuasan seperti kepuasan yang dicapai oleh Freud.
D.    Sinopsis novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni
Seorang pendeta bernama Buhairah tinggal di Suriah, disebuah kota bernama Busrah. Lelaki itu tak banyak dikenal orang dan jarang sekali dikunjungi. Ia adalah seorang pembabtis dan cendikiawan miskin yang pandai, yang mencukupi hidupnya hanya dari hasil mengajar.
Disuatu hari, Buhairah kedatangan tamu seorang anak muda dari kaum marcionetes yang yang merupakan kaum nasrani bereputasi buruk yang konon ingin menyingkap tabir rahasia ajaran keristus. Anak muda tersebut meminta Buhairah untuk mengajarkanya namun Buhairah menolak, karena Buhairah menolak untuk mengajarkannya, anak muda tersebut meminta Buhairah untuk mendengarkanya. Setelah melalui dialog yang sangat panjang dan mendengarkan perkataan anak muda tersebut, Buhairah mulai dilanda keraguan dan menarik diri dari greja dan memilih menengglamkan diri dalam kajian dan riset atas buku-buku agama. Keingin tahuan semakin menguasainya, Ia semakin menengglamkan dirinya dengan tumpukan buku ajaran Kristen, tetapi tetap tak menemukan iman yang ia cari. Keputusasaan mulai menguasainya hingga pada suatu saat ia menemukan kenyamanan hatinya yang berhasil ia temukan pada sebuah ramalan.
Bertahun-tahun kemudian saat berpuasa, Buhairah membaca kembali ramalan itu berulang-ulang. Ditengah kehusyukannya bermeditasi ia mendengar suarau “ selesailah sudah “ seketika ia terkejut, rahangnya menganga dalam keterbataan. Ditutupnya kitab ramalan itu seraya menutup mata batinya dari dunia. Berjam-jam ia berdoa, memusatkan seluruh perhatian pada tuhan, mempersembahkan segala keraguannya di altar pengampunan-Nya. Lagi-lagi suara itu terdengar “ selesailah sudah”
Keesokan harinya Buhairah mengadakan penjamuan terhadap suku Quraisy. Buhairah bertemu dengan suku Quraisy tersebut ketika ditengah perjalanan menuju ke pasar, kemudian ia berbicara kepada pemimpin kaum Quraisy tersebut yang bernama Abu Thalib.
Seketika penjamuan Buhairah bertanya kepada kaum Quraisy tersebut “ Sudah lengkapkah suku Quraisy yang hadir di kota busrah ini? Masih adakah anggota kafilahmu yang tertinggal”
Salah seorang Quraisy berkata , “ demi Latta, kau benar sekali memang ada satu orang anak yang kami tinggalkan untuk menjaga barang”. Karena tanda-tanda yang Ia cari berdasarkan kitab ramalan tidak ditemukan diantara semua tamunya yang hadir, Buhairah langsung pergi meninggalkan tamu-tamunya ketempat anak yang ditinggalkan oleh kaumnya untuk menjaga barang tersebut, yang ternyata anak laki-laki tersebut bernama Muhammad.
Buhairah menemukan anak tersebut sedang duduk, seketika Buhairah menyapa dan anak  itu memalingkan tubuh-nya, seketika itu juga Buhairah melihat tanda kenabian diantara kedua bahu si anak, persis seperti digambarkan dalam kitab ramalan. Melihat tanda suci itu mulut Buhairah mendadak takmampu berkata apa-apa, pikirannya buntu. Pandangan Buhairah mengglap dan matanya dibanjiri air mata.
Buhairah mulai menuturkan kegelisahannya selama bertahun-tahun. Setelah mendengarkan tuturan Buhairah Muhammad membalasnya dengan memberikannya gambaran melalui beberapa kisah diantaranya kisah balqis dengan sulaiman. Setelah mendengarkan kisah yang diceritakan Muhammad kepadanya Buhairah semakin gelisah, Muhammad mulai diam dan mengikuti Buhairah kerumahnya. Setelah semuanya, kaum Quraisy yang dijamu Buhairah tertidur, Muhammad membawa Buhairah kesuatu tempat yang gelap dan sunyi, hanya diterangi kelap kelip redup bintang. Ditempat itu Buhairah melihat seseorang dengan keadaan tubuh tidak karuan, duduk dibawah pohon kering, Ia menutupi wajahnya dengan tangan sementara air mata darah tercurah dari kedua matanya, bahkan sampai menggenangi sungai.
Buhairah melangkah kearah pohon agar lebih dekat, namun darwis mendengarkan langkah Buhairah dan langsung bangkit. Buhairah terjatuh sambil mengutuk nama Iblis karena sakitnya. Iblis tertawa mendengarnya, lalu Iblis berkata “ wahai tukang intip yang ceroboh, mengapa kau kunjungi aku  hanya untuk mengutukku dan memohon perlindungnnya, padahal kau yang mendatangiku, aku tidak pernah mengganggumu, dan kini engkau yang mengutukku, yang benar saja!”. Buhairah berkata “aku mengutuk ia yang terkutuk, tidak peduli seperti apa situasinya”.
Kesombongn dan keangkuhan mulai ditunjukan Iblis, namun dengan segala cara Buhairah mencoba melawan. Iblis mengeluarkan kecerdasan logikanya, menceritakan Buhairah berbagaimacam kisah untuk membuat Buhairah percaya kepadanya. Kutukan demi kutukan dilontarkan Buhairah kepada Iblis, namun Iblis tak sedikitpun merasa goyah melainkan semakin mencari titik lemah Buhairah. Iblis berkata “aku memang dikutuk sampai akhir zaman, tetapi aku tidak akan pernah sujud demi Adam”
Buhairah meninggalkan Iblis dan kembali ke kota saat fajar, Rasulullah saw. Menemuinya persis di gerbang kota. Buhairah berbicara, tetapi Rasullah saw. Berkata “jangn pedulikan dia, dia telah didengar 700 ribu kali sejak pertama. Masalah dia adalah masalah Allah, bukan masalahmu dan kamu tidak diizinkan untuk mempertanyakannya”.

E.     KERANGKA PIKIR
Dalam sebuah tindak penelitian harus ditentukan landasan teori yang akan digunakan sebagai dasar dalam menyusun  sebuah laporan, serta kerangka pikir yang dapat mempermudah menganalisis setiap permasalahan dalam karya sastra. Kerangka pikir penelitian merupakan urut-urutan logis dari pemikiran peneliti untuk memecahkan suatu masalah penelitian, yang dituangkan dalam bentuk bagan dengan penjelasannya.
Beberapa ahli memberi definisi sebagai berikut :
7.      Menurut Muhamad (2009:75) Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis.
8.      Menurut Riduwan (2004:25) Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian.  Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian.   Uiraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel.
9.      Selanjutnya menurut Sekaran  (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi syarat sebagai berikut :
a.       Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama
b.      Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu dengan lainnya
c.       Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam  uraian kerangka berfikir apakah hubungan itu positif atau negatif
d.      Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa  hubungan antara variabel itu ada.
e.       Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas melihat hubungan antar variabel
Dalam menganalisis novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni, hal yang diteliti, yaitu penyebab terjadinya konflik batin yang melanda Buhairah. Dalam menganalisis masalah tersebut peneliti menggunakan pendekatan psikologi yang mengkaji tentang kejiwaan, emosi/perasaan, pemberontakan, dan lain sebagainya.
Rene Wellek dan Austin Warren  (dalam terjemahan Melani Budianta  1989:285) menyatakan  bahwa “konflik adalah  sesuatu yang 'dramatik', mengacu  pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang,  menyiratkan adanya  aksi dan aksi balasan".  Dengan demikian konflik ialah sesuatu yang tidak menyenangkan  dan menyebabkan  suatu aksi dan reaksi dari hal yang dipertentangkan  tokoh dalam suatu peristiwa.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu: a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.(wellek dan Warren dalam Ratna (2008:343)
Konflik menyaran  pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi  dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang jika tokoh-tokoh  itu mempunyai kebebasan untuk memilih,  ia (mereka) tidak akan  memilih peristiwa  itu menimpa dirinya  sebagaimana  diungkap  oleh Meredith dan Fitzgerald  dalam  Nurgiyantoro, (2007:122). Konflik dapat terjadi dan disebabkan oleh faktor dari luar, antara perbuatan  orang yang saling bertentangan, dan dapat juga terjadi di dalam tokoh  itu sendiri, yaitu pertentangan  nurani (konflik antara hak dan kewajiban; antara kemanusiaan dan nurani alam). pertentangan itu tidak selalu berup kekuatan-kekuatan yang aktif, melainkan juga  dapat berupa keadaan  yang senang, di mana segala sesuatu  yang ada sangat  menghalangi  tokoh cerita. Dalam hal ini, tantangan dari luar biasanya berupa masalah keadaan  sosial dan fisik, sedangkan dari dalam  dapat berupa nurani.
Konflik dapat timbul dalam situasi dimana terdapat  dua atau lebih kebutuhan,  harapan, keinginan, dan tujuan yang tidak bersesuaian saling bersaing dan  menyebabkan  salah satu organisme merasa  ditarik ke arah dua jurusan  yang  berbeda sekaligus,  dan menimbulkan perasaan yang sangat  tidak enak.  Konflik ini dapat  menimbulkan frustasi,  karena kalau memilih salah satu berarti yang lain tidak terpilih meskipun untuk sementara waktu saja (Davidoff dalam terjemahan  Mari Juniati, 1991:178).
Berdasarkan  penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan  bahwa konflik adalah  suatu peristiwa yang dilatarbelakangi oleh sesuatu hal (harapan, tujuan,  kemauan) yang saling bertentangan  dan menimbulkan perasaan yang sangat tidak enak. Konflik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni faktor  dari luar dan faktor dari dalam. Segala sesuatu  yang melatarbelakagi   terjadinya  konflik dapat  berakibat pada diri individu tersebut,  baik fisik ataupun  psikis.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan  Psikoanalisis Sastra, salah satu cabang psikologi yang berkaitan erat dengan telaah sastra adalah psikoanalisis. Psikoanalisis mengemukakan teori tentang adanya dorongan bawah sadar yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Pelopor psikoanalisis adalah Sigmund Freud.
Prinsip-prinsip psikoanalisis adalah sebagai berikut :
1.      Lapisan kejiwaan yang paling dalam (rendah) adalah lapisan bawah sadar (Libido) atau daya hidup, yang berbentuk dorongan seksual dan persaan-perasaan yang lain yang mendorong kesenangan dan kegairaan.
2.      Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dalam kanak-kanak, banyak mempengaruhi sikap hidup dimasa dewasa, yang paling menonjol adalah ikatan kasih antara anak perempuan dan ayahnya dan anak laki-laki dengan ibunya.
3.      Semua buah pikiran, mungki tidak berarti, masih tetap bila dihubungkan daerah bawah sadar.
4.      Konflik emosi pada dasarnya adalah konflik antara perasaan bawah sadar dengan keinginan-keinginan dari luar.


B.     Metode Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan setelah peneliti menyeleksi data sesuai dengan kriteria yang akan diteliti (Siswantoro, 2004: 48). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif ini menggambarkan, mendeskriptifkan data secara kualitatif, yaitu menggunakan kata-kata. Metode deskriptif digunakan karena data-data penelitian berupa data-data kualitatif dan menjelaskan secara deskriptif.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut.   
1.      Data yang diperoleh melalui pembacaan novel dikumpulkan.
2.      Data yang terkumpul ditafsirkan dan dimaknai sesuai dengan aspek kepribadian dan konflik batin tokoh.
3.      Menganalisis data yang diperoleh dan mengklasifikasikan berdasarkan teori.
4.      Menyimpulkan hasil analisis menjadi temuan penelitian dan saran-saran. 
C.    Definisi Istilah
1.      Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita.
2.      Analisis
Analisis adalah sebuah upaya dan proses untuk menjelaskan sebuah permasalahan dan berbagai hal yang ada di dalamnya.
3.      Kritik
Keritik (sastra) berasal dari bahasa Yunani yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites sendiri berasal dari krinein ”menghakimi”; kriterion yang berarti ”dasar penghakiman” dan kritikos berarti ”hakim kasustraan”. Kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni.
4.      Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno Psyche dan logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh, atau sukma”, sedangkan kata logos berarti “ ilmu jiwa”. Jadi psikologi secara harafiah berarti “ilmu jiwa” atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.
D.    Sumber Penelitian
1.      Sumber Sekunder
Subjek penelitian ini adalah Novel Iblis Menggugat Tuhan karya Shawni, judul asli novel ini adalah The Madness of God. Novel ini diterbitkan oleh Dastan Book; Jakarta pada tahun 2008 cetakan kesembilan dengan tebal buku 131 halaman. Data sekunder ini adalah buku teori dan buku acuan lain yang digunakan peneliti untuk mendukung jalannya penelitian, yaitu buku tentang  teori psikologi sastra, dan sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini, dengan pendekatan psikologi sastra.

2.      Sumber Primer
Siswantoro (2004:46-47) menyebutkan bahwa objek penelitian harus ada sebagai tindak ilmiah yang merupakan gejala atau fenomena yang akan diteliti. Objek penelitian ini adalah kepribadian tokoh dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama dari segi psikologi novel Iblis Menggugat Tuhan. Lebih lanjut dijelaskan oleh (Siswantoro, 2004: 55) objek yang digunakan dalam penelitian adalah manusia baik secara material atau  formal. Objek material adalah kenyataan yang diselidiki atau yang dibahas adalah manusia itu sendiri, dalam arti manusia yang berada dalam novel bukan manusia dalam arti yang sebenarnya.
Objek formal yaitu merujuk pada aspek khusus dari objek material yang diteliti yaitu perilaku, kebudayaan manusia, kehidupan sosial, dan sebagainya. Di dalam penelitian ini yang menjadi objek formal adalah kepribadian yang dialami tokoh utama, faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama dan konflik batin serta faktor-faktor yang mempengaruhi konflik batin yang dialami tokoh utama.
E.     Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian (Arikunto, 2006: 160). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode baca catat dan kepustakaan. Adapun metode yang dilakukan sebagai berikut:
1.      Metode baca catat adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan membaca seluruh isi novel secara berulang ulang kemudian dicatat untuk mendapatkan data yang akurat.
2.      Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mencari referensi yang sesuai dengan teori yang digunakan.
F. Tahapan Analisis
1. Tahap Deskripsi
Deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha untuk melukiskan atau menggambarkan dengan kata-kata, wujud atau sifat lahiriah dari suatu obyek. Deskripsi merupakan salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar mengenai satu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter yang digambarkan lebih hidup gambarannya di benak pembaca.
2. Interpretasi
Interpretasi adalah proses memberi arti dan signifikansi terhadap analisis yang dilakukan, menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari hubungan dan keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data yang ada (Barnsley & Ellis, 1992).
3.      Analisis
Menganalisis data yang diperoleh dan mengklasifikasikan berdasarkan teori.
4.      Kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah pernyataan singkat tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hasil pengetesan hipotesis yang telah dilakukan di BAB sebelumnya.
Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada bagian rumusan masalah.Keseluruhan jawaban hanya terfokus pada ruang lingkup pertanyaan dan jumlah jawaban disesuaikan dengan jumlah rumusan masalah yang diajukan.
Maka kesimpulan yang dapat disimpulkan oleh peneliti adalah konflik batin tokoh Buhairah dalam novel Iblis menggugat Tuhan karya Shawni ini di akibatkan oleh keraguan akan ke-Esaan yang maha Kuasa, karena pengaruh paham agama yang dianut sebelumnya serta argument-argument yang didengar dari Iblis yang membuat logikanya tak mampu menjangkau kebenaran yang dia inginkan.
G.  Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian ini uji keabsahan data dapat dilakukan melalui:
1.      Triangulasi
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan  dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.  Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak  mungkin bias  yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

2.      Diskusi

Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran. 
Banyak masalah yang terjadi di lingkungan murid yang memerlukan pembahasan oleh lebih dari seorang saja, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. 
Jika demikian musyawarah atau diskusi jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik. 
Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari pengertian diskusi adalah meeting of minds. Didalam memecahkan masalah diperlukan bermacam-macam jawaban. Dari jawaban tersebut dipilihkan satu jawaban yang lebih logis dan lebih tepat dan mempunyai argumentasi yang kuat, yang menolak jawaban yang mepunyai argumentasi lemah.
Memang dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi, argumentasi kontra argumentasi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Pendekatan Psikologi Dalam Penelitian Sastra, Makalah tidak dipublikasika. 2003
Semi, Antar. 1993. Metode Penalitian Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.
Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Erlangga.Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: FBS
Shawni. 2008. Iblis Menggugat Tuhan. Jakarta: DASTAN Books.
Psikoanalisis dan Sastra « Sekolah Berpikir dan Menulis.htm
Id, Ego, dan Superego Oleh Sigmund Freud _ BELAJAR PSIKOLOGI.htm
penerapan-teori-psikoanalisis-dalam.html
Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar