RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMP
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas
/ Semester : VII / 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami wacana lisan melalui kegiatan
mendengarkan berita
Kompetensi Dasar : 1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam
beberapa kalimat
Indikator : 1. Mampu menunjukkan
pokok-pokok berita yang didengarkan
2. Mampu mencarikan pokok-pokok berita menjadi
isi berita
3. Mampu menyimpulkan isi berita dalam suatu
alinea
Alokasi Waktu : 2
X 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat
sebagai hasil menyimak.
B. Materi Pembelajaran
Guru menjelaskan:
MENDENGARKAN BERITA
1. MENDENGARKAN / MENYIMAK
Mendengarkan ialah menyimak dengan seksama atau penuh
perhatian.
Berita ialah pemberitahuan, pengumuman, laporan, cerita mengenai peristiwa yang hangat.
Berita ialah pemberitahuan, pengumuman, laporan, cerita mengenai peristiwa yang hangat.
Berita ada 2 :
- Hard news > Berita Aktual
- Soft news > Berita Ringan
2. MEDIA
Sarana
ialah sesuatu yang harus ada.
Prasarana
ialah sesuatu yang tidak harus ada.
Media
ada 2 :
a.
Elektronik > Televisi
Radio
Internet
Tape Recorder
Internet
Tape Recorder
b.
Non Elektronik > Surat Kabar
LANGKAH-LANGKAH MENYIMAK BERITA
1.
Berkonsentrasilah pada berita yang langsung
2.
Catatlah pokok-pokok pikirannya
3.
Kembangkan pokok pikiran tersebut
UNSUR-UNSUR DALAM BERITA
Untuk
membuat sebuah berita menjadi menarik haruslah memiliki beberapa unsur. Para
ahli publisistik dan jurnalis (Assegaff, 1991: 25), mengatakan bahwa ada
beberapa unsur yang membuat sebuah berita dapat menarik perhatian pembaca.
Unsur tersebut yaitu, (1) berita itu haruslah termasa (baru), (2) jarak (dekat
jauhnya) lingkungan yang terkena oleh berita, (3) penting (ternama) tidaknya
orang yang diberitakan, (4) keluarbiasaan dari berita, (5) akibat yang mungkin
ditimbulkan oleh berita itu, (6) ketegangan yang diakibatkan oleh berita itu,
(7) pertentangan (conflict) yang terlihat dalam berita, (8) seks yang ada dalam
pemberitaan, (9) kemajuan-kemajuan yang diberitakan, (10) emosi yang
ditimbulkan oleh berita itu, dan (11) humor yang ada di dalam berita.
Untuk
menemukan pokok-pokok informasi mengenai berita yang diperdengarkan, hendakanya
kita perlu mengetahui beberapa unsur dalam berita tersebut. Unsur-unsur berita
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) What (apa):
apa yang terjadi di dalam berita?
2) Who (siapa):
siapa yangterlibat di dalamnya?
3) Where
(dimana): dimana terjadinya peristiwa tersebut?
4) When (kapan):
kapan terjadinya peristiwa tersebut?
5) Why
(mengapa); mengapa peristiwa tersebut?
6) How
(bagaimana): bagaimana peristiwa itu terjadi?
Berita
yang lengkap maka mengandung enam unsur di atas. Dalam prakteknya kadang tidak
semua unsur dimasukkan dalam berita. Hal itu terjadi mungkin karena
keterbatasan waktu dan ruang. Biasanya unsur itu di rumuskan menjadi 5W+1H.
Dalam
setiap peristiwa yang dilaporkan, harus terdapat enam unsur dasar yakni, apa
(what), siapa (who), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan
bagaimana (how). What berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada
khalayak. Who berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu.
When berarti kapan peristiwa itu terjadi: tahun, bulan, minggu, hari, jam, dan
menit. Where berarti di mana peristiwa itu terjadi. Why berarti mengapa peristiwa
itu bisa terjadi. How berarti bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara
menanggulangi peristiwa tersebut.
Sumadiria
(2008) juga mengatakan bahwa dalam konteks Indonesia, para praktisi jurnalistik
sering menambahkan satu unsur lagi yaitu, aman (safety (S)), sehingga rumusan
unsurnya menjadi 5W+1H (1S). Hal itu dimaksudkan agar berita apapun yang dimuat
atau disiarkan, diyakini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi media massa
yang bersangkutan ataupun masyarakat luas serta pemerintah. Berita yang ada di
dalam surat kabar biasanya memakai unsur 5W+1H (1S) dengan pertimbangan
khalayak pembaca yang dilayani oleh surat kabar tersebut lebih heterogen.
Sejalan
dengan Sumadiria, Djuraid (2007: 69), mengatakan pelajaran dasar menulis berita
dimulai dengan pengenalan bagian berita yang sangat populer yaitu, 5W+1H (what,
where, when, who, why, dan how). Menurutnya, dari bahan-bahan yang sudah
didapatkan dipilah-pilah dan disesuaikan dengan unsur 5W+1H. Dengan demikian,
akan muncul gambaran tentang kerangka berita yang akan ditulis. Berikut ini
adalah penjabaran dari masing-masing unsur berita.
(1) Unsur what atau apa yang terjadi. Faktor yang utama sebuah berita adalah peristiwa atau keadaan.
(2) Unsur where atau dalam istilah kriminal disebut dengan TKP (Tempat Kejadian Perkara) yaitu, tempat peristiwa atau keadaan.
(3) Unsur when
atau waktu sebuah peristiwa atau keadaan terjadi. Keadaan waktu itu bisa
disebut dengan pagi, siang, malam, atau sore. Jika ingin lebih rinci bisa juga
disebutkan dengan menambahkan jam, menit, sampai detiknya.
4) Unsur who
atau tokoh yang menjadi pemeran utama dalam berita. Tokoh dalam berita adalah
orang yang paling tahu dan berperan penting dalam peristiwa tersebut.
(5) Unsur why
atau pertanyaan untuk menguak mengapa sebuah peristiwa itu terjadi. Pertanyaan
ini bisa dikembangkan menjadi bahan berita selanjutnya. Sebab dari penyebab ini
akan banyak diketahui banyak hal di balik sebuah peristiwa.
(6) Unsur how
adalah pertanyaan untuk mengetahui keadaan bagaimana sebuah peristiwa terjadi,
termasuk akibat yang ditimbulkan.
Membuat
kalimat dan merangkainya menjadi sebuah berita yang layak untuk diberikan
kepada masyarakat luas, justru menjadi masalah yang pelik bagi para wartawan
pemula. Dibutuhkan data yang lengkap untuk memudahkan membuat rangkaian kalimat
menjadi sebuah berita, maka pemahaman tentang 5W+1H sangat penting agar bisa
menentukan prioritas, mana di antara bagian-bagian itu yang akan ditonjolkan.
Menurut
Darmadi, dkk. (2006: 25), seorang penulis saat menulis berita dapat memakai
formula 5W+1H dalam teras berita dan dilanjutkan penjelasannya pada tubuh
berita. Dengan demikian, wartawan akan menulis berita yang dimulai dari hal
terpenting.
Sebuah
berita juga akan menarik apabila mengedepankan sebuah fakta dan tidak mencantumkan
pendapat atau opini pribadi di dalamnya. Fakta menjadi penting karena sebagai
tolok ukur kebenaran sebuah pemberitaan bila dipandang dari segi penulisannya.
Oleh sebab itu, penulis berita harus mampu memisahkan secara tegas antara fakta
dan opini di dalam penulisan sebuah berita.
C. Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran yang digunakan, metode pembelajaran koopratif tipe NHT (Numbered Head Together)
Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT
1.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1994) menyatakan bahwa “metode pembelajaran kooperatif adalah suatu metode
pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.
Johnson & Johnson (1987) dalam Isjoni (2009:17)
menyatakan bahwa “pengertian metode pembelajaran kooperatif yaitu
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari
satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Menurut Rustaman (2003:206) dalam www.muhfida.com
(2009) “pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif
untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional”.
Lie (2008:12) menyatakan bahwa “metode pembelajaran
kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
2. Kelebihan
dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif
a. Keunggulan Pembelajaran
Kooperatif.
1)
Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2)
Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3)
Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4)
Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan
setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
5)
Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang
lain, mengembangkan keterampilan,
dan sikap positif terhadap sekolah.
6)
Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah
tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung
jawab kelompoknya.
7)
Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan siswa mengelola informasi dan kemampuan
belajar abs- trak menjadi
nyata.
8)
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan
jangka panjang.
b.
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.
1)
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu memerlukan lebih
banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2)
Agar proses pembelajaran berjalan dengan
lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3)
Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4)
Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini
meng-akibatkan siswa yang
lain menjadi pasif.
5)
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota
kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat,
mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk
belajar menjadi sia-sia.
3.
Tipe Pembelajaran
dari Pembelajaran kooperatif
Dalam
pembelajaran ini guru menggunakan metode pembelajran kooperatif tipe NHT(Numbered
Heads Together)
Metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered
heads together (Kepala bernomor) dikembangkan Spencer Kagan. Teknik ini
memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa
untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor
tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan
kemampuan mereka dalam menguasai materi.
Dengan
menggunakan metode ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan,
tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya,
belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian
pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat
saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan
serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.
Ibrahim
mengemukakan ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu :
a)
Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b)
Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
c)
Pengembangan keterampilan social
Bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan
yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:
29), dengan tiga langkah yaitu :
1)
Pembentukan kelompok
2)
Diskusi masalah
3)
Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah
tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah
sebagai berikut :
Langkah 1.
Persiapan
Dalam
tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2 . Pembentukan kelompok
Dalam
pembentukan kelompok disesuaikan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan
belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal
(pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3.
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam
pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh
guru.
Langkah 4.
Diskusi masalah
Dalam
kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
Langkah 5.
Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam
tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6.
Memberi kesimpulan
Guru
bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Ada
beberapa manfaat pada metode pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa
yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim
(2000: 18), antara lain adalah :
1)
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2)
Memperbaiki kehadiran
3)
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4)
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5)
Konflik antara pribadi berkurang
6)
Pemahaman yang lebih mendalam
7)
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8)
Hasil belajar lebih tinggi
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1.
Kegiatan awal
a.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian
diberikan no yang berbeda terhadap masing-masing siswa.
b.
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang berita dan
cara menyimak berita yang benar yaitu menggunakan 5 W + 1 H
c.
Siswa menyimak / mendengarkan teks berita yang
dibacakan atau mendengarkan berita hasil rekaman dari berita radio / televisi
atau mendengarkan berita secara langsung dari radio / televisi.
2.
Kegiatan inti
a.
Siswa menulis pokok – pokok berita
b.
Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas pokok – pokok
berita dan menanggapi isi berita.
c.
Siswa berdiskusi dalam kelompok mencarikan pokok –
pokok berita menjadi isi berita.
d.
Siswa berdiskusi dalam kelompok menyimpulkan isi berita
dalam bentuk paragraf.
3.
Kegiatan akhir
Guru
mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar isi berita sebagai refleksi dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian secara bersama-sama
membuat simpulan akhir dan ditulis dalam bentuk paragraf.
E. Sumber Belajar
2.
Teks berita dari koran, majalah, atau tabloid
3.
Rekaman berita dari radio / televisi yang berupa kaset
/ CD
4.
Siaran langsung berita radio / televisi ( bila
memungkinkan )
F. Penilaian
1.
Teknik : Tes tulis
2.
Bentuk Instrumen : Uraian
3. Soal
/ Instrumen :
1)
Tuliskan minimal tiga pokok berita yang telah kalian
dengarkan !
2)
Tunjukkan intisari pokok – pokok berita tersebut !
3)
Tuliskan simpulan isi berita yang telah kalian
dengarkan ke dalam satu paragraf!
DAFTAR PUSTAKA
Aprilio, M, F. Tanpa tahun. Pembelajaran Kooperatif, (Online), (www.muhfida. com/pembelajaran-cooperative-learning.html), diakses 2 November 2011.
Dzaki,
M, F. 2009. Pembelajaran Kooperatif,
(Online), (www.penelitian tindakan kelas.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-kooperatif-cooperative. html), diakses 2 November 2011.
Herdian. 2009. Model
Pembelajaran NHT, (Online), (www.herdy07.wordpress. com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together.html), diakses 2 November 2011.
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Surabaya University
Press.
Wikipedia. 2011. Pembelajaran Kooperatif, (Online), (www.id.wikipedia.org/ wiki/Pembelajaran_kooperatif.html), diakses 2 November 2011
Sumbawa,…………………………
Mengetahui
Guru
Mata Pelajaran
Kepala SMP Negeri 1 Bahasa
Indonesia
Kerato
Has’ad
Rahman Attamimi __________________
Nip.
Nip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar