Kamis, 20 Maret 2014

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO BANK tentang RESIKO SUKU BUNGA



TUGAS
MAKALAH MANAJEMEN RESIKO BANK
tentang
RESIKO SUKU BUNGA














 








Di susun oleh
HAS’AD RAHMAN ATTAMIMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMAWA
2013\2014


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’alamin puji syukur penyusun  persembahkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga dapat menyelesaikan makalah  mata kuliah Manajemen resiko bank ini .
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Manajemen resiko bank.
Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah-makalah  selanjutnya sangat diharapkan agar pembuatan makalah-makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini juga berguna untuk kita semua.



Sumbawa, 20 Maret, 2014



Has’ad Rahman Attamimi



DAFTAR ISI
                                                                                                                                               
            KATA PENGANTAR................................................................................................         i
            DAFTAR ISI................................................................................................................         ii
            BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................................         1
B.     Rumusan Masalah..............................................................................................         2
C.     Tujuan/Manfaat..................................................................................................         2
BAB II PEMBAHASAN     
A.    Pengertian suku bunga.................................................................................   …..      3
B.     Sumber risiko suku bunga.............................................................................. …..      3
C.      Akibat yang ditimbulkan risiko suku bunga.....................................................           4
D.    Faktor penyebab perubahan suku bunga domestik............................................         7
E.     Resiko perubahan suku bunga dan permintaan uang........................................          7
F.      Manajemen Risiko pada suku bunga obligasi……………………………………     7
G.    Manajemen Risiko pada suku bunga obligasi……………………………………     7
H.    Risiko pada suku bunga dan saham………………………………………………    8
I.       Suku bunga dan jangka waktu obligasi…………………………………………..    8
J.       Fungsi Tingkat Bunga…………………………………………………………….    8
K.    Struktur Suku Bunga……………………………………………………………..    9
L.     Risiko Suku Bunga Tinggi……………………………………………………….     10
            BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................................         13
         DAFTAR PUSTAKA




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian suku bunga
Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh pada perusahaan.
Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan suatu bank terhadap pegerakan suku bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut merupakan bagian yang normal dari bisnis bank, dan dapat merupakan bagian yang penting dalam menciptakan keuntungan dan peningkatan nilai saham. Perubahan dalam suku bunga berakibat berubahnya pendapatan bunga bersih dan tingkat pendapatan dan biaya operasional suatu bank yang sensitif terhadap perubahan suku bunga . Perubahan tingkat suku bunga juga berakibat pada underlying value instrument assets, liability dan Off Balance Sheet (OBF) karena present value dari future cash flow (bahkan cash flow –nya sendiri) berubah karena suku bunga berubah. Sesuai dengan itu maka agar proses manajemen suku bunga efektif, perlu dijaga supaya suku bunga tetap berada pada prudent level untuk keamanan dan kesehatan (soundness)bank.
Terdapat 2 (dua) perspective paling umum untuk melakukan asesmen terhadap risiko sukubunga bank yaitu :
- the earning perspective, yang difokuskan pada dampak perubahan suku bunga pada pendapatan bank yang akan diterima dalam jangka pendek,
- the economic value perspective, yang difokuskan pada nilai cash flow suatu bank

B.     Sumber risiko suku bunga

Sebagai ‘finacial intermediaries ‘ bank menghadapi risiko suku bunga dengan berbagai cara. Pembahasan yang utama dan paling sering, bentuk risiko suku bunga timbul dari perbedaan waktu dari jatuh tempo (maturity) dan repricing (penetapan ulang suku bunga) terhadap suku bunga mengambang (floating rate) dari assets, liabilities dan posisi Off Balance Sheet(OBS ). Sementara repricing terhadap ketidak sesuaian jatuh tempo (mismatch) merupakan fundamen dari bisnis bank, dapat meng-expose pendapatan dan underlying nilai ekonomi (economic value) terhadap fluktuasi yang tidak diperkirakan sebagai perbedaan suku bunga. Sebagai contoh, apabila bank mendanai suatu pinjaman jangka panjang ber- bunga tetap, dengan suatu deposit berjangka pendek, bank bisa menghadapi suatu penurunan baik pada future income yang berasal dari posisi pinjaman yang diberikan serta underlying value dari pinjaman tersebut, apabila terjadi kenaikan suku bunga . Penurunan tersebut terjadi karena cash flow dari pinjaman adalah tetap selama masa laku kredit, sedangkan cash flow yang dibayar pada deposit bersifat variable dan meningkat setelah jatuh temponya.
Repricing mismatches, juga dapat meng-expose perubahan slope dan bentuk pada kurva pendapatan (yield curve) . Risiko yield curve timbul apabila terdapat pergeseran yang tidak diperkirakan pada yield curve yang mengakibatkan dampak yang merugikan pada pendapatan bank atau underlying economic value. Sebagai contoh, underlying economic value dari suatu long position obligasi pemerintah berjangka waktu 10 tahun di hedge dengan suatu short position dari Government Notes berjangka waktu 5 tahun, dapat mengurangi secara tajam apabila yield curve tersebut curam (steepens), bahkan apabila posisi di hedge terhadap pergerakan parallel dari yield curve . Sumber risiko suku bunga lainnya yang penting, biasanya disebut sebagai basis risk , timbul dari hubungan yang tidak sempurna dalam penyesuaian tingkat bunga yang diperoleh dan dibayarkan dari instrument yang berbeda, namun dengan karakteristik repricing yang mirip. Apabila suku bunga berubah, maka perbedaan ini dapat menaikkan perubahan yang tidak diperhitungkan dalam cash flow dan spread pendapatan antara instrument instrumen asset, liabilities dan OBS dari jatuh tempo yang sama atau frekuensi-frekuensi repricing. Sebagai contoh, suatu strategi pendanaan untuk pemberian kredit dengan jangka waktu 1 tahun dengan deposit 1 tahun dengan variable rate yang ditetapkan tiap bulan (repricing) berdasarkan LIBOR, menggambarkan bahwa institusi tersebut menghadapi risiko bahwa spread antara 2 (dua) index suku bunga dapat berubah tak terduga.
Tambahan dan peningkatan sumber risiko suku bunga yang penting, timbul dari opsi (option) yang diikatkan (embedded) pada banyak portofolio asset, liability dan OBS bank. Formalnya, sebuah opsi menyediakan kepada pemegang opsi, hak namun bukan kewajiban, untuk membeli (buy), menjual (sell) atau dengan cara yang sama memilih cash flow dari suatu instrument atau financial contract. Opsi dapat berupa instrumen yang berdiri sendiri (‘stand alone ‘) seperti ‘exchange traded option’ (opsi perdagangan/jual beli valuta) dan over the counter (OTC) contract, atau dapat juga diikaitkan dalam instrument-instrumen standar. Sementara bank bank menggunakan exchange traded dan opsi OTC baik dalam rekening perdagangan maupun dalam rekening non perdagangan, instrumen-instrumen yang terikat opsi yang umumnya lebih penting dalam kegiatan non-trading. Contoh dari instrument yang terikat opsi meliputi berbagai tipe obligasi dan notes (surat utang) dengan ‘call’ atau ‘put’ provision, pinjaman dengan memberi hak kepada peminjam untuk menyelesaikan hutangnya lebih cepat, dan berbagai tipe non maturity deposit instruments yang memberi hak kepada depositor untuk menarik dananya setiap waktu, sering tanpa sesuatu penalty atau denda. Apabila tidak dikelola dengan baik, maka pembayaran instruments yang mempunyai karakteristik yang tidak saling menopang (asymmetrical payoff) dengan syarat opsi dapat memberikan risiko yang signifikan khususnya kepada mereka yang menjual, karena opsi yang dipegang, secara explicit dan mengikat, umumnya dilaksanakan sepanjang menguntungkan bagi pemegang hak opsi dan tidak menguntungkan bagi penjual. Lebih lanjut suatu daftar yang semakin panjang dari hak opsi dapat mempengaruhi leverage (perputaran) dan dapat memperbesar pengaruh (baik posistif maupun negatif) dari posisi opsi pada kondisi keuangan perusahaan.

C.     Akibat yang ditimbulkan risiko suku bunga.

Sebagaimana dikemukakan diatas, perubahan dalam suku bunga dapat mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan baik bagi pendapatan bank maupun nilai ekonomi nya (economic value) . Hal ini memberikan 2 (dua) perspective yang terpisah namun saling melengkapi dalam melakukan asesmen terhadap exposure risiko suku bunga bank.

1.Earnings perspective.
Dalam earning perspective, fokus analisa adalah pada akibat / dampak perubahan tingkat bunga pada pendapatan yang dilaporkan (accrual). Hal ini merupakan pendekatan tradisional terhadap asesmen risiko suku bunga yang dilakukan berbagai bank. Gejolak dalam pendapatan adalah point penting dalam analisa risiko suku bunga, karena pengurangan pendapatan atau kerugian dapat mengancam stabilitas keuangan suatu institusi dengan mengikis kecukupan modal dan mengurangi keyakinan pasar. Dalam hubungan ini, komponen dari pendapatan yang secara tradisional diterima dan sangat mendapat perhatian adalah net interest income (yaitu ; selisih antara total interest income dengan total interest expense) . Fokus pada hal ini mencerminkan pentingnya net interest income dari total pendapatan bank serta kaitannya secara langsung dengan perubahan tingkat bunga. Namun demikian, begitu bank melakukan expansi dengan aktivitasberlandaskan ‘fee-based’ dan non interest income lainnya, maka fokus yang lebih luas pada overall net income, menyatukan interest income dengan non interest income menjadi suatu hal yang biasa/lazim. Non interest income timbul dari berbagai kegiatan seperti loan servicing dan berbagai program sekuritisasi aset, dapat menjadi sesuatu yang juga sangat sensitive, dan mempunyai hubungan yang kompleks dengan suku bunga pasar. Sebagai contoh, beberapa bank menyediakan jasa layanan dan fungsi administrasi kredit (loan) untuk pool kredit pemilikan rumah (mortgage loan pools) dengan memungut suatu fee tertentu yang didasarkan pada volume aset yang di-administrasikan. Apabila suku bunga turun (fall) maka layanan bank pada jasa tersebut mungkin menurun (declined) dalam pendapatan fee yang diperoleh, karena kredit yang bersangkutan dibayar lebih awal (prepay). Bahkan sumber tradisional dari non interest income, seperti ‘ transaction processing fee’ menjadi sangat sensitive terhadap suku bunga. Peningkatan sensitifitas ini menyebabkan manajemen bank dan supervisor (otoritas pengawasan bank) menggunakan kajian yang lebih luas mengenai akibat potensial terhadap perubahan tingkat suku bunga pasar pada pendapatan bank dan lebih luas lagi terhadap penaksiran pendapatan dalam berbagai situasi suku bunga yang berbeda.

2. Economic value perspective.
Gejolak dalam suku bunga pasar dapat juga berakibat pada economic value dari posisi, asset, liability dan Off Balance Sheet (OBF) bank.. Jadi sensitifitas terhadap economic value bank terhadap fluktuasi dari suku bunga merupakan pertimbangan penting bagi shareholder, direksi serta otoritas pengawasan bank. Nilai ekonomi bagi suatu instrumen merupakan suatu asesmen terhadap present value dari expected cash flow, didiskontokan untuk mencerminkan suku bunga pasar. Lebih lanjut, economic value dari suatu bank dapat dipandang sebagai present value dari expected net cash flow bank, didefinisikan sebagai ‘ expected cash flow dari asset, dikurangi expected cash flow dari liability,ditambah dengan expected net cash flow dari posisi OBS ‘ Dalam hal ini, perspective economic value mencerminkan suatu kajian dari sensitivitas kekayaan bersih bank, terhadap fluktuasi tingkat bunga. Karena nilai ekonomi perspektif mempertimbangkan dampak potensial dari perubahan suku bunga pada present value dari semua future cash flow, hal ini mengungkapkan suatu pandangan yang lebih komprehensif tentang potensi akibat jangka panjang dari perubahan tingkat bunga dari pada yang ditawarkan oleh earnings perspective. Pandangan yang lebih menyeluruh lebih penting, karena perubahan dalam pendapatan dalam jangka pendek – merupakan typical focus dalam earnings perspective – tidak dapat menggambarkan indikasi yang akurat dari akibat pergerakan suku bunga pada posisi overall bank.
3. Embedded Losses
Sejauh ini penjelasan tentang ‘earning perspective’ dan ‘economic value perspective’ difokuskan pada, bagaimana perubahan suku bunga mendatang (future change) dapat membawa akibat pada kinerja keuangan bank. Dalam melakukan evaluasi tingkat risiko suku bunga, dapat diasumsikan bahwa suatu bank juga mempertimbangkan dampak dari suku bunga yang lalu terhadap kinerja mendatang (future performance). Khususnya instrument – instrument yang tidak dilakukan ‘mark to market’, mungkin sudah mengandung keuntungan atau kerugian dari pergerakan diwaktu lalu.. Keuntungan atau kerugian dimaksud mungkin tercermin seterusnya dalam pendapatan bank. Sebagai contoh, suatu pemberian kredit jangka panjang, diperhitungkan dengan suku bunga tetap ketika suku bunga rendah, dan sekarang harus didanai dari dana bersuku bunga lebih tinggi, maka pada sisa masa lakunya sudah tercermin bahwa bank akan merugi.
Praktik manajemen risiko suku bunga yang sehat (sound practice).
Praktek manajemen risiko suku bunga melibatkan 4 (empat) elemen dasar dari manajemen instrument-instrumen asset, liability dan off balance sheet (OBS) :
§Pengawasan yang memadai oleh Dewan Komisaris dan Direksi bank
§Kecukupan kebijakan dan prosedur manajemen risiko
§Pengukuran, pemantauan dan pengendalian manajemen risiko yang memadai
§ Pengendalian intern dan independent audit yang komprehensif.

Hal-hal spesifik yang diaplikasikan oleh suatu bank terhadap elemen – elemen tersebut dalam mengelola risiko suku bunga sangat tergantung pada kompleksitas dan sifat kegiatan dan bentuk perusahaan serta tingkat exposur risiko suku bunga . Karena itu apa yang merupakan praktek manajemen risiko suku bunga yang memadai, sangat beragam diantara bank-bank. Sebagai contoh, suatu bank yang tidak terlalu kompleks, dimana direksinya terlibat dalam kegiatan operasional sehari-hari secara detil, mungkin cukup hanya mengandalkan proses manajemen risiko suku bunga yang relatif masih tergolong dasar (basic). Sedangkan organisasi bank lainnya yang lebih kompleks dan mempunyai rentang kegiatan yang luas akan memerlukan proses manajemen risiko suku bunga yang lebih formal untuk mengarahkan kegiatan keuangan mereka yang lebih luas dalam menyediakan bagi direksi informasi yang dibutuhkan direksi untuk memantau dan mangarahkan kegiatan sehari-hari. Lebih lanjut proses manajemen risiko suku bunga yang lebih kompleks yang digunakan pada bank dimaksud, memerlukan pengendalian intern yang memadai termasuk audit atau mekanisme pengawasan lainnya untuk meyakini integritas dari informasi yang digunakan pejabat bank dalam mengawasi kepatuhan terhadap kebijakan dan limit yang ditentukan. Tugas dari individu-individu yang terlibat dalam pengukuran risiko (risk measurement), pemantauan (monitoring), dan fungsi pengendalian (control function) harus dipisahkan secara cukup (sufficient) dan harus independen dari pembuat keputusan bisnis (business decision makers) dan pengambil posisi (position takers) untuk menghindari pertentangan kepentingan (conflict of interest).
Komite Basel berkeyakinan bahwa, risiko suku bunga harus dipantau pada basis konsolidasi, secara komprehensif, agar meliputi juga exposure pada anak-anak perusahaan. Namun demikian, pada waktu yang sama, institusi harus mengenal benar-benar setiap kelainan dari ketentuan dan kemungkinan hambatan pergerakan cash flow diantara afiliasi dan menyelaraskan sesuai proses manajemen risiko mereka. Sementara konsolidasi dapat menyediakan suatu ukuran yang komprehensif menyangkut risiko suku bunga, namun dapat juga under estimate terhadap risiko apabila posisi pada suatu afiliasi digunakan untuk meng-offset posisi pada afiliasi yang lain. Hal ini dikarenakan konsolidasi accounting secara konvensional memperbolehkan secara teori meng-offset antara posisi-posisi yang bersangkutan dimana suatu bank mungkin tidak dapat mempraktekkan hal yang menguntungkan karena batasan ketentuan. Manajemen hendaknya mengenali potensi pengukuran secara konsolidasi untuk mengurangi risiko sesuai dengan keadaan.
D. Faktor penyebab perubahan suku bunga domestik
       Ada 3 faktor yang mempengaruhi suku bunga domestik suatu negara :
1)      Kondisi ekonomi global.
2)      Stabilitas ekonomi dalam negeri.
3)      Stabilitas sosial dan politik dalam dan luar negeri.

 E. Resiko perubahan suku bunga dan permintaan uang :
a)       Jika suku bunga , maka publik akan membelanjakan dananya untuk membeli aset yang menguntungkan.
b)       Jika suku bunga turun, publik akan mengambil dananya di bank dan diinvestasikan untuk usaha.
c)       Jika suku bunga naik maka publik cenderung menyimpan uangnya di bank karena aman.
d)       Dari segi pemerintah menaikkan suku bunga kredit adalah sebagai antisipasi kredit macet.
Ø  Carry Trade
          Resiko Carry Trade adalah bentuk perilaku investor dalam melakukan investasi dengan cara meminjam dana dari suatu negara yang memiliki tingkat suku bunga rendah dan selanjutnya membawa dana tersebut untuk ditanamkan pada negara yang memiliki tingkat suku bunga tinggi. Jika suku bunga negara tujuan itu kembali normal/rendah, maka dana ditarik kembali.

FManajemen Risiko pada suku bunga obligasi:
  • Jika kondisi suku bunga obligasi stabil, masyarakat cenderung memilih obligasi.
  • Penerimaan bunganya tetap.
  • Pemilik obligasi biasanya yang memiliki uang lebih dan menginginkan keamanan berinvestasi.
 Dampak Perusahaan suku bunga bagi perusahaan :
  • Perubahan suku bunga bisa menyebakan perusahaan menghadapi dua tipe risiko yaitu:
  • Risiko perubahan pendapatan : pendapatan bersih ( hasil investasi dikurangi biaya) berubah yaitu berkurang dari yang diharapkan.
  • Risiko perubahan nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga, yaitu berubah karena lebih kecil (turun nilainya).
G. Risiko pada suku bunga dan saham :
  • Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga saham di pasar mengalami penurunan, maka investor cenderung memindahkan dananya dari saham ke deposito.
  • Pada saat kondisi pasar saham sedang menghangat, maka akan terjadi kebalikan dari hal diatas, dengan alasan keuntungan bermain saham lebih tinggi.
  • Investor adalah mereka yang memiliki karakteristik penghindar risiko dan menyukai keuntungan yang berkelanjutan.

H. Suku bunga dan jangka waktu obligasi
  • Semakin lama jangka waktu obligasi, semakin tinggi bunganya.
  • Konsep nilai waktu uang.
  • Adanya inflasi.
I. Teori Penentuan Suku Bunga
Dalam bagian ini, akan dibahas dua teori penentuan suku bunga yang paling berpengaruh, yaitu: Teori Fisher, yang mendasari loanable funds theory, dan liquidity preference theory dari Keynes.
·         Loanable Funds Theory
Teori Fisher adalah teori yang bersifat umum dan jelas mengabaikan masalah-masalah praktis tertentu, seperti kekuasaan pemerintah (bersama-sama dengan lembaga-lembaga depositori) untuk menciptakan uang dan permintaan pemerintah (yang seringkali besar) terhadap dana pinjaman, yang biasanya kebal terhadap tingkat suku bunga. Selain itu, teori Fisher jugatidak mempertimbangkan kemungkinan bahwa individu-individu dan perusahaan-perusahaan berinvestasi dalam saldo kas.
·         Liquidity Preference Theory
Liquidity preference theory (teori hasrat liquiditas), yang awalnya dikembangkan oleh J.M. Keynes menganalisa suku bunga ekuilibrium melalui ineteraksi penawaran uang dengan permintaan agregat publik untuk memegang uang. Keynes mengasumsi bahwa sebagian besar individu memegang kekayaan hanya dalam dua bentuk: uang dan obligasi. Menurut Keynes, uang ekuivalen dengan valuta dan rekening giro (demand deposits), yang tidak membayar bunga atau membayar bunga sangat rendah, tetapi sangat liquid dan bisa digunakan bagi transaksi.
Secara umum, kedua teori diatas menghasilkan tingkat bunga keseimbangan yang sama. Yang berbeda dari keduanya adalah metodologi yang melandasinya. Liquid preference theory disusun berdasarkan permintaan dan penawaran dari persediaan uang dan pandangan bahwa semua keputusan keuangan menekankan pada segi uang dari liquiditas. Oleh karena itu model dana pinjaman dikembangkan berdasarkan aliran dana pada sistem keuangan dan memandang keputusan keuangan dibuat dengan asas likuiditas yang lebih luas.
J. Fungsi Tingkat Bunga
Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peranan penting dalam perekonomian, yaitu:
a.   Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian.
b.  Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.
c.    Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara.
d.   Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

Tingkat bunga tidak bersifat seragam. Pada kenyataannya, dalam sistem keuangan tidak ada suku bunga yang tertentu, akan tetapi bermacam-macam suku bunga yang berbeda-beda. Namun dalam analisis diasumsikan adanya satu suku bunga fundamental dalam perekonomian yang disebut suku bunga riil jangka pendek yang bebas resiko. Yang dimaksud dengan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku dalam perekonomian jika harga rata-rata barang dan jasa diperkirakan tetap konstan selama usia pinjam. Yang dimaksud suku bunga bebas resiko adalah suku bunga pinjaman dimana peminjamnya tidak akan gagal memenuhi kewajiban apapun. Sedangkan yang dimaksud jangka pendek adalah suku bunga dari pinjaman yang akan jatuh tempo dalam satu tahun.
Selain fungsi dan peranan penting tingkat bunga dalam perekonomian yang telah disebutkan diatas, suku bunga juga memiliki apa yang disebut dengan risiko suku bunga, yaitu potensi kerugian karena adanya perubahan pergerakan arah suku bunga. Risiko ini yang akan mempengaruhi semua instrumen yang menggunakan satu atau lebih yield curves untuk menghitung satu nilai pasar.
K. Struktur Suku Bunga
Determinan Struktur Suku bunga
Tingkat bunga yang telah diuraikan diatas dapat diartikan sebagai rata-rata dari berbagai macam jenis suku bunga, yaitu meliputi jangka pendek, jangka panjang, dll. Struktur tingkat bunga dalam sistem keuangan terutama ditentukan oleh determinan sebagai berikut:
-    Jangka waktu dari klaim keuangan
-    Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan
-    Derajat risiko tunggakan dari klaim keuangan
-    Kemudahan pemasaran dari klaim keuangan dan faktor-faktor lainnya.
Dari keempat determinan tersebut diatas perbedaan jangka waktu dari klaim keuangan merupakan faktor yang paling banyak dipertimbangkan. Hubungan antara jangka waktu dan suku bunga disebut struktur masa (term structure) dari suku bunga. Ketiga determinan lainnya juga merupakan faktor penting, akan tetapi seringkali lebih mudah dalam menentukan pengaruhnya terhadap struktur suku bunga.
Teori Kurva Hasil
Cara yang paling sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara suku bunga dan jangka waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil. Akan tetapi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bentuk kurva hasil sampai saat ini belum ditemukan suatu kesimpulan yang pasti, yang tentunya didukung dengan data empiris. Berkaitan dengan hal itu maka dikembangkan tiga teori, yaitu; teori harapan, teori premium likuiditas, dan teori pasar tersegmen.
Teori Harapan. Teori ini menyatakan bahwa suku bunga jangka panjang sama dengan suku bunga jangka pendek yang berjalan plus suku bunga jangka pendek yang diharapkan pelaku pasar yang berlangsung hingga jatu temponya sekuritas jangka panjang. Misal suku bunga untuk obligasi sepuluh tahun harus sama dengan penjumlahan suku bunga jangka pendek (obligasi satu tahun) yang berjalan dengan suku bunga jangka pendek yang diantisipasi akan terjadi sepanjang obligasi jangka panjang dibagi jangka waktu dari obligasi jangka panjang.
Teori Premium Likuiditas. Teori ini berlandaskan pada teori harapan, akan tetapi menolak asumsi bahwa peserta pasar berlaku sama dalam hal obligasi jangka pendek dan jangka panjang. Menurut teori ini tingkat bunga jangka panjang sama dengan rata-rata dari tingkat bunga jangka pendek yang berjalan, tingkat bunga jangka pendek yang diharapkan dan premium likuditas.
Teori Pasar Tersegmentasi. Teroi ini sangat berbeda dengan kedua teori diatas. Teori ini beranggapan bahwa tingkat bunga jangka pendek dan tingkat bunga jangka panjang ditentukan didalam pasar yang relatif terpisah. Pasar-pasar ini dipisahkan karena alasan kelembagaan. Misal, banyak pembeli sekuritas dalam pikirannya mempunyai kebutuhan tertentu yang biasanya berkaitan dengan sifat dari utang, sehingga membatasi pembeliannya pada segmen dari spektrum jatuh waktu.
Struktur Tingkat Bunga di Indonesia
Sturktur tingkat bunga di Indonesia yang paling umum didasarkan atas jangka waktu. Tingkat bunga perbankan untuk deposito berjangka dibedakan atas 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, baik untuk mata uang lokal maupun valuta asing. Deposito berjangka sebagai sumber dana, akhir-akhir ini hanya bersifat jangka pendek saja, yaitu maksimum 1 tahun. Beberapa tahun yang lalu masih banyak dijumpai deposito yang berjangka waktu 2 tahun, tapi sekarang tidak lagi dijumpai.

L. Risiko Suku Bunga Tinggi
Pembahasan tentang suku bunga akan selalu merupakan pembahasan yang serius, karena akan banyak aspek yang terpengaruh oleh perubahan suku bunga. Kita saat ini, dan entah sampai kapan, seperti sangat susah untuk lepas dari ikatan suku bunga. Seolah suku bunga sudah menjadi rantai yang mengikat kehidupan kita. Setiap orang yang memiliki simpanan, investasi, dan utang, akan selalu terpengaruh oleh suku bunga.
Memang ada konsep ekonomi syariah yang saat ini sudah lumayan berkembang, yaitu dengan konsep bagi hasil berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Tetapi, tetap saja belum sepenuhnya lepas, secara tidak langsung, atas apa yang terjadi dengan suku bunga di pasar konvensional. Perbedaannya adalah adanya prinsip-prinsip syariah yang dimasukkan dalam perjanjian keuangan.
Jadi pembicaraan tentang suku bunga adalah pembicaraan tentang hampir seluruh orang, dengan berbagai kepentingannya. Berikut mari kita ulas beberapa risiko jika suku bunga kembali ke level yang tinggi.
1. Naik Biaya KPR
Ini penting dibahas, karena ada banyak masyarakat kita yang membeli rumah dengan mengambil utang bank, berupa KPR. Dan, tidak banyak KPR yang bersifat berbunga tetap selama masa KPR tersebut, atau, akan ada waktunya penyesuaian tingkat suku bunga KPR. Jika suku bunga patokan naik ke level yang tinggi, maka sudah dapat dipastikan bunga KPR juga akan ke level yang tinggi juga. Kenaikan suku bunga KPR ke level yang tinggi, pada giliran akan menaikkan cicilan bulanan, atau dengan kata lain akan menaikkan pengeluaran masyarakat.
2. Naiknya Beban Bunga Perusahaan
Hampir sama dengan KPR, sangat sedikit utang perusahaan yang berbunga tetap, sebab perbankan memang tidak suka memberikan utang jangka panjang dengan bunga tetap. Akibatnya, jika suku bunga naik ke lelvel yang tinggi, sudah dapat kita hitung bahwa beban bunga perusahaan akan juga naik tinggi. Nah, semua perusahaan pasti akan berusaha untuk menekan beban lainnya sebagai pengganti kenaikan beban bunga. Dan, sudah menjadi hal yang pasti, kenaikan beban bunga akan diganti dengan penurunan beban umum & administrasi, jika kenaikan bisnis tidak dapat mendukung kenaikan beban bunga tersebut. Dengan kata lain, perusahaan akan berusaha tidak menambah karyawan atau malah mengurangi karyawan.
3. Turunnya Pasar Saham dan Obligasi
Penentuan harga saham juga terkait dengan tingkat suku bunga, semakin tinggi suku bunga maka akan semakin rendah valuasi suatu saham. Apalagi pasar obligasi, sudah jelas bahwa pergerakan harga obligasi itu berbanding terbalik dengan pergerakan suku bunga, atau, di saat suku bunga naik maka harga obligasi akan turun, dan, sebaliknya. Valuasi saham yang rendah, akan membuat para emiten keberatan untuk masuk menjual saham mereka dengan cara go public. Harga obligasi yang rendah, dapat diartikan adalah tingkat yield yang tinggi, akan membuat pihak yang membutuhkan dana harus membayar lebih tinggi, baik penerbitnya korporasi maupun Pemerintah. Khusus bagi Pemerintah yang tiap tahun harus melakukan penerbitan baru karena adanya oblgasi yang jatuh tempo, risikonya tidak hanya harus membayar bunga yang lebih tinggi tetapi juga risiko tidak terserapnya obligasi yang diterbitkan.
4. Naiknya Kredit Macet
Kita semua juga dapat mengetahui bahwa tidak semua bisnis dan tidak semua orang dapat mengakomodasi kenaikan suku bunga yang tinggi. Jika kenaikan tersebut sudah melebihi kemampuannya, maka membiarkan kredit jadi macet sudah tidak terhindarkan lagi. Akibatnya, struktur keuangan bank menjadi tidak sehat, akibat meningkatnya kredit macet.
5. Naiknya Beban APBN
Kita juga sudah mengetahui bahwa ada cukup besar utang Negara dalam bentuk obligasi Rupiah, maka setiap kenaikan suku bunga sudah pasti akan menaikkan beban pada APBN. Obligasi pemerintah yang sensitif dengan kenaikan suku bunga adalah obligasi yang berbunga mengambang dan penerbitan baru. Setiap penerbitan obligasi oleh pemerintah akan mengikuti suku bunga pada saaat itu, sehingga jika suku bunga naik ke level yang tinggi, maka tingkat suku atau yield obligasi juga hanya akan dibeli oleh investor selama suku bunga atau yieldnya juga tinggi. Kenaikan bunga karena obligasi yang mengambang dan obligasi baru, akan dibebankan ke APBN, yang pada giliran akan membuat defisit APBN akan makin membesar.
6. Tertahannya Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi
Suku bunga yang tinggi sudah jelas akan menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi. Hal itu karena ada banyak bisnis yang cukup sensitif dengan suku bunga, ada banyak orang yang akan menyimpan uangnya di bank untuk menikmati suku bunga tinggi, ada alokasi yang lebih besar dari APBN untuk membayar bunga obligasi, semua itu, mungkin masih ada yang lainnya, akan menjadi penghalang kenaikan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah akan berdampak kepada turunnya penyerapan tenaga kerja, atau, angka pengangguran akan naik.
Siapa yang diuntungkan dengan suku bunga tinggi? Hanya segelintir orang yang memilki dana mengangggur. Menaikkan suku bunga bukanlah urusan yang mudah, tidak semudah membalik telapak tangan, tapi ini urusan besar yang harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kita berharap Bank Indonesia sudah mengetahui berapa titik optimal suku bunga, yang tidak berdampak buruk bagi banyak pihak tetapi dapat menjaga pengendalian inflasi.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan suatu bank terhadap pegerakan suku bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut merupakan bagian yang normal dari bisnis bank, dan dapat merupakan bagian yang penting dalam menciptakan keuntungan dan peningkatan nilai saham. Perubahan dalam suku bunga berakibat berubahnya pendapatan bunga bersih dan tingkat pendapatan dan biaya operasional suatu bank yang sensitif terhadap perubahan suku bunga . Perubahan tingkat suku bunga juga berakibat pada underlying value instrument assets, liability dan Off Balance Sheet (OBF) karena present value dari future cash flow (bahkan cash flow –nya sendiri) berubah karena suku bunga berubah. Sesuai dengan itu maka agar proses manajemen suku bunga efektif, perlu dijaga supaya suku bunga tetap berada pada prudent level untuk keamanan dan kesehatan (soundness)bank.
Faktor penyebab perubahan suku bunga domesti
Ada 3 faktor yang mempengaruhi suku bunga domestik suatu negara :
4)      Kondisi ekonomi global.
5)      Stabilitas ekonomi dalam negeri.
6)      Stabilitas sosial dan politik dalam dan luar negeri.
     Resiko perubahan suku bunga dan permintaan uang :
a)      Jika suku bunga , maka publik akan membelanjakan dananya untuk membeli aset yang menguntungkan.
b)      Jika suku bunga turun, publik akan mengambil dananya di bank dan diinvestasikan untuk usaha.
c)      Jika suku bunga naik maka publik cenderung menyimpan uangnya di bank karena aman.
d)    Dari segi pemerintah menaikkan suku bunga kredit adalah sebagai antisipasi kredit        macet
DAFTAR PUSTAKA
(1) Bank for International Settlement (BIS) , BaselCommittee on Banking Supervision , Paper ‘ Principles for The Management and Supervision of Interest Rate Risk’ , July, 2004.
(2) Bank Indonesia , Surat Edaran Bank Indonesia MNo.5/21/DPNP tanggal 29 September 2003, serta Lampiran.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar